UNAIR
Selasa, 20 April 2021 21:22 WIB
Penulis:Asih
Rektor Universitas Airlangga (Unair), Prof Mohammad Nasih mengaku membutuhkan dana yang tidak sedikit untuk uji klinis Vaksin Merah Putih.
Dana yang dibutuhkan kata Prof Nasih mencapai puluhan miliar. Dana sebesar itu, kata Prof Nasih tidak hanya untuk membiayai obat dan jarum suntik tapi banyak hal. Termasuk asuransi untuk para relawan yang bersedia untuk disuntik vaksin ini.
“Semua harus kita pastikan dalam keadaan aman. Relawan juga harus aman menerima vaksin ini. Karenanya dana yang dibutuhkan sangat bear,” ujarnya saat update terbaru Vaksin Merah Putih di Kampus C Unair, Senin (19/4/2021).
Dikatakan Prof Nasih, dana yang dibutuhkan itu seharusnya sudah ada. Tentunya dengan bantuan dari pemerintah. “Atau dari pihak lain yang mau membantu, kami membuka kesempatan itu,” tandasnya.
Hingga kini, Unair masih belum mengetahui berapa relawan yang dibutuhkan untuk uji klinis ini. Namun, untuk para ahli, sudah ada dari RSU dr Soetomo dan RS Unair yang akan mengawal uji klinis ini.
Sehingga nantinya ketika BPOM sudah menyatakan, Vaksin Merah Putih layak di uji klinis, Unair juga sudah siap melakukannya. “Kita tunggu saja, hasil dari preklinis vaksin ini,” tukasnya.
Karena, sampai saat ini, kata Prof Nasih, pihaknya masih belum fokus pada uji klinis itu. Karena, saat ini vaksin temuan peneliti Unair ini baru tahap uji preklinis yang diujicobakan pada hewan.
“Baru satu minggu kita ujicobakan pada hewan. Nanti setelah dua minggu, kita suntikkan vaksin yang kedua. Kita akan pantau terus. Tentunya uji preklinis ini kami juga melibatkan BPOM. Semua tidak lepas dari pantauan BPOM,” jelasnya.
Dijelaskan Prof Nasih, perjalanan vaksin ini untuk bisa dimanfaatkan bagi masyarakat agar pandemi Covid-19 bisa berakhir, masih sangat panjang. Dari uji preklinis saja membutuhkan waktu sekitar tiga bulan. Untuk uji klinis dibutuhkan waktu delapan bulan.
“Jadi kalau dimulai April 2021 ini, kemungkinan besar pada Februari 2022 sudah bisa digunakan. Itupun kalau semuanya lancar. Ya, doakan semoga semua lancar,” tutur Prof Nasih.
Sementara itu, salah satu peneliti Unair, Prof Ni Nyoman Tri Puspaningsih mengatakan proses vaksin ini membutuhkan waktu yang sangat panjang. Dalam hal ini, Unair mengembangkan tiga platform. Satu di antaranya adalah in activated virus.
“Dan dari tiga yang kami kembangkan itu, yang in activated virus yang justru lebih unggul dulua. Sehingga kami mencoba menggunakan platform itu,” ujarnya.
Dikatakan Prof Nyoman, intinya dalam pengembangan vaksin itu, apapun platform yang dipilih, kata kuncinya sama yakni menghasilkan antibodi.
“Walau kami mengembangkan in activated virus yang classical tapi kami tdiak sembarangan. Kami melakukannya dengan sangat teliti dan hati-hati. Materialnya tdiaklah mudah. Perlu terobosan dan inovasi untuk bisa melakukannya dengan baik,” jelasnya.
Diharapkan, dengan hadirnya vaksin ini, semakin lengkap kontribusi Unair untuk penanganan pandemi Covid-19 sejak awal Maret 2020 lalu.
Karena banyak hal yang sudah dilakukan, mulai dari tes dengan reagen, membuka Crisis Center, menangani pasien Covid-19 di RS Unair hingga menemukan formulasi obat yang sudah digunakan untuk pasien Covid-19 di 50 rumah sakit jaringan TNI Angkatan Darat.
Bagikan
UNAIR
2 bulan yang lalu
UNAIR
9 bulan yang lalu