UNAIR
Senin, 13 Februari 2023 08:31 WIB
Penulis:Asih
Editor:Asih
SURABAYA | halojatim.com – Nanopartikel ekstrak meniran bisa memacu pertumbuhan ayam pedaging.
Inovasi itu ditemukan dua dosen Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (Unair) Dr Emy Koestanti Sabdoningrum dan Prof Sri Hidanah.
Emy menjelaskan inovasi yang ia gagas bersama tim tersebut bermula dari pelarangan penggunaan AGP (Antibiotic Growth Promoter). AGP merupakan imbuhan pakan ternak untuk memacu pertumbuhan ayam pedaging.
BACA JUGA :
Penggunaan AGP secara terus-menerus akan sebabkan dampak buruk. Pasalnya, AGP pada ayam pedaging akan menghasilkan residu yang jika dikonsumsi manusia akan menyebabkan masalah kesehatan.
“Jadi, manusia yang mengonsumsi residu tadi secara otomatis akan mengonsumsi antibiotik dalam tubuh ayam. Ini nanti efeknya manusia ini kalau ada penyakit infeksi dari luar akan menjadi susah untuk diobati karena sudah resisten,” terangnya.
Karena itu, Emy bersama tim melakukan penelitian untuk menemukan alternatif imbuhan pakan yang lebih sehat dan aman. Dengan proses yang terbilang panjang, akhirnya ia berhasil menemukan pemacu pertumbuhan ayam pedaging dengan menggunakan nanopartikel ekstrak meniran (Phyllanthus niruri Linn.).
Meniran dipilih sebagai bahan utama karena memiliki kandungan senyawa aktif seperti flavonoid, tanin, saponin, dan terpenoid. Senyawa-senyawa aktif tersebut sangat berguna dalam memacu pertumbuhan ayam pedaging, terutama terpenoid yang mampu melakukan penyerapan zat-zat nutrisi dalam pakan.
“Meniran ini mengandung flavonoid, tanin, saponin, terpenoid dan sebagainya. Terpenoid terutama, kandungan itu bekerja di saluran pencernaan. Jadi, di vili itu dia bekerja melakukan penyerapan zat-zat nutrisi yang ada dalam pakan, sehingga untuk pertumbuhannya akan lebih karena ayamnya dalam kondisi sehat,” paparnya.
Dalam melakukan penelitian, Emy mengaku tidak sendiri. Ia menggandeng berbagai pihak lantaran penelitiannya memerlukan peralatan yang cukup kompleks, sehingga memerlukan kolaborasi dan sinergi yang apik dengan berbagai pihak.
Dalam penelitiannya, ia dan tim mendapatkan pendanaan dari berbagai pihak. Pendanaan tersebut di antaranya berasal dari Dana Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) Kemendikbud, Prioritas Riset Nasional (PRN) BRIN, serta internal Unair.
Namun, tahap demi tahap penelitian tersebut berjalan bukan tanpa kendala. Pasalnya, 2020 hingga 2021 lalu, penelitian tersebut sempat tersendat akibat pandemi Covid-19. Tapi Emy dan tim berhasil melalui dan melanjutkan penelitiannya hingga berhasil dapatkan hak paten pada 2022.
Setelah dapatkan hak paten, Emy ingin langkahnya tak berhenti begitu saja. Ia berharap, temuannya tersebut bisa terhilirisasi dan terdistribusi secara luas melalui kerja sama dengan mitra-mitra industri, sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat.
“Untuk saat ini kita sudah bermitra dengan beberapa perusahaan, seperti PT CTSI, PT Haraka Kitri Endah, dan Greenfield. Ke depan, tentu saja kita harapkan semakin banyak berkolaborasi dengan mitra-mitra industri besar lainnya sehingga manfaatnya juga dapat lebih meluas,” tutupnya.
Bagikan
UNAIR
sebulan yang lalu
UNAIR
9 bulan yang lalu