Jatim Penghasil Tembakau Terbesar di Indonesia
JAKARTA | halojatim.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, produksi tembakau di Indonesia mencapai 236.900 ton pada 2021. Angka tersebut turun 9,374 dari tahun sebelumnya yang sebesar 261,4 ribu ton.
Jawa Timur menjadi provinsi penghasil tembakau terbesar di tanah air mencapai 110.800 ton. Ini sejalan dengan luas area perkebunan tembakau yang mencapai 101.800 hektare (ha).
Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Jawa Timur Adik Dwi Purwanto menyebut Kabupaten Jember merupakan daerah yang terkenal sebagai penghasil tembakau di provinsi ini. :Jumlah produksi tembakau di Jember mencapai 24.285 ton pada 2021," ungkapnya.
BACA JUGA :
- https://halojatim.com/read/matikan-industri-tembakau-kadin-jatim-ajukan-penghapusan-beberapa-pasal-di-ruu-kesehatan
- https://halojatim.com/read/patuhi-perintah-kppu-shopee-perbaiki-kemitraan-pengemudi
- https://halojatim.com/read/stasiun-pengisian-kendaraan-listrik-umum-waralaba-pertama-dibuka-di-surabaya
Provinsi sentra tembakau terbesar kedua ditempati Jawa Tengah dengan produksi sebanyak 57.600 ton. Kemudian, produksi tembakau di Nusa Tenggara Barat (NTB) sebanyak 53.100 ton.
Produksi tembakau di Jawa Barat sebesar 7.400 ton. Sedangkan produksi tembakau di Aceh dan Sumatera Utara masing-masing sebanyak 2.100 ton dan 1.800 ton. Di Yogyakarta dan Lampung, produksi tembakau sama-sama sekitar 800 ton.
Sedangkan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporkan, produksi rokok di Indonesia mencapai 323,9 miliar batang pada 2022. Jumlah tersebut menurun 3,26% dibandingkan pada tahun sebelumnya yang sebesar 334,8 miliar batang.
Penurunan produksi rokok dalam negeri pada 2022 salah satunya disebabkan oleh kenaikan tarif cukai hasil tembakau (CHT). Berdasarkan data Kemenkeu, harga rokok di Indonesia sebesar Rp23.361 per bungkus (isi 16 batang) pada tahun ini.
Nilainya meningkat 13,8% dari tahun sebelumnya sebesar Rp20.523 per bungkus. Indeks kemahalan rokok pun meningkat tipis menjadi 12,2% pada 2022
Produksi rokok diperkirakan semakin menurun pada tahun depan. Pasalnya, pemerintah kembali menaikkan tarif cukai rokok sebesar 10% pada 2023 dan 2024.
Secara rinci, rata-rata kenaikan tarif CHT untuk sigaret kretek mesin (SKM) I dan II sebesar 11,5%-11,75%. Tarif CHT untuk golongan sigaret putih mesin (SPM) I dan II meningkat 11%-12%. Sementara, sigaret kretek pangan (SKP) I, II, dan III akan mengalami kenaikan tarif CHT sebesar 5%.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, kenaikan CHT ini memperhatikan target penurunan prevalensi perokok anak usia 10-18 tahun menjadi 8,7% dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024. Keputusan ini juga sejalan dengan kebijakan pemerintah meningkatkan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai bahaya merokok.