Ini Tips Kelola THR dari Pakar Universitas Airlangga
SURABAYA | halojatim.com - Momentum Hari Raya Idul Fitri diproyeksikan akan menjadi waktu di mana perputaran rupiah berada di titik maksimalnya.
Triliunan rupiah akan ditransaksikan tak lain karena terdapat budaya mudik, belanja lebaran, dan pembagian THR kepada sanak saudara serta karyawan. Kondisi tersebut akan membuat keuangan seseorang dapat meningkat secara drastis.
Guru Besar Ilmu Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga (Unair), Prof Dr Rudi Purwono mengatakan ketika mendapatkan uang secara mendadak akan timbul perasaan senang dan bahagia. Lantas kebahagiaan itu terkadang dapat membuat kita berbelanja tanpa memperhatikan kondisi keuangan untuk masa depan.
BACA JUGA :
- https://halojatim.com/read/inilah-titik-yang-diwaspadai-selama-arus-mudik-di-wilayah-jatim
- https://halojatim.com/read/pelabuhan-ketapang-banyuwangi-mulai-sesak-dipenuhi-pengguna-sepeda-motor
- https://halojatim.com/read/7-000-pemudik-pulang-ke-kampung-halaman-dengan-mudik-gratis-dari-bank-mandiri
“Kebahagian ini kadang-kadang menjadikan kita jadi lupa sehingga uangnya habis dibelanjakan,” katanya.
Dengan penawaran jenis barang maupun jasa sangat beragam, promosi menarik, dan kemudahan akses pembelian dari rumah secara online. Membuat konsumen memutuskan untuk belanja kebutuhan (konsumsi) secara berlebih.
Sebisa mungkin kita harus dapat mengatur belanja yang sesuai dengan kebutuhan, bukan keinginan. Salah satu caranya dengan membuat daftar kebutuhan, sehingga belanja konsumsi bisa terjaga.
“Sebenarnya kita harus atur, berapa uang yang kita dapatkan dipergunakan untuk belanja. Kalau memenuhi keinginan maka semua barang atau jasa bisa dibeli, maka tidak ada puasnya,” ungkap Prof Rudi.
Konsumsi Tergantung dari Pendapatan
Secara teori bahwa konsumsi tergantung dari pendapatan yang diperoleh. Jika pendapatan kita naik maka konsumsi kita juga naik. Namun, jika pendapatan sudah tinggi maka tambahan income, tidak mendorong tambahan konsumsi.
“Kondisi ini terkait pada saat individu sudah mempunyai income yang tinggi maka MPC (marginal propensity to consume, red) menurun. Sehingga mempunyai kemampuan untuk menabung yang tinggi,” ujarnya.
Peluang Investasi
Wakil Direktur I Sekolah Pascasarjana menuturkan bahwa uang harus diatur penggunaannya. Karena penggunaan uang ini memang terkait besarnya uang yang kita pegang.
Harus terdapat pembagian yang jelas dalam memenuhi kebutuhan (konsumsi), dana darurat, tabungan, dan bahkan untuk investasi. Semakin tinggi income kita maka peluang kita untuk berinvestasi sangat tinggi.
“Pilihan investasi sangat beraneka ragam, baik investasi di sektor keuangan maupun di sektor riil. Saat ini sudah banyak pelatihan terkait pilihan investasi tersebut,” jelasnya.
Prof Rudi berharap dari investasi yang dilakukan akan banyak berdiri usaha baru. Jadi selain mendorong pertumbuhan ekonomi juga membuka kesempatan kerja baru. Namun, beliau mengingatkan untuk mempelajari terlebih dahulu investasi yang akan dilakukan dengan cermat.
Dengan cara mengikuti pelatihan yang ada dan belajar dari mereka yang sudah berpengalaman. Sehingga investasi kita memberikan manfaat bagi diri kita maka juga memberikan manfaat bagi orang lain dalam bentuk kesempatan kerja baru dan mendorong perekonomian.
Agar pengeluaran tetap terjaga, pakar Unair sarankan remaja untuk mengatur keuangan dan pengeluaran. Dengan memegang prinsip minimal pengeluaran sama dengan income. Namun secara bertahap, seiring dengan kenaikan income, maka mulailah rencanakan untuk bisa menabung.
“Mengapa kita harus punya tabungan? Kondisi ke depan banyak hal yang tidak terduga pada diri kita seperti terkait kesehatan dan ketidakpastian terkait ekonomi dan bisnis,” tutupnya.