PBSI
Kamis, 01 Agustus 2024 00:05 WIB
Penulis:Andri
Editor:Andri
Tunggal Putra Indonesia Selevel dengan Mauritius
Cabang olahraga buu tangkis selalu digembar-gemborkan menjadi pendulang emas di olimpiade. Khusus di tunggal putra, sejak 2004 di Athena, Indonesia tak pernah lagi juara. Memalukan lagi di Paris 2024.
--
Sebuah channel di televisi menyiarkan pertandingan bulu tangkis Olimpiade Paris 2024. Rabu malam (31/7/2024), wakil Indonesia di tunggal putra Anthony Sinisuka Ginting tengah bertanding menghadapi wakil tuan rumah Toma Junior Popov.
Pertandingan tersebut adalah pertandingan terakhir di babak penyisihan Grup H. Anthony dan Popov bertanding untuk memperebutkan juara grup. Pertandingan yang sangat menentukan bagi keduanya karena hanya juara grup yang berhak lolos ke babak 16 besar. Di atas kertas, tentunya jagoan kita yang diunggulkan untuk bisa menang.
Bagaimana tidak, Anthony ada di peringkat Sembilan dunia sekaligus menduduki unggulan kesembilan di Olimpiade Paris 2024. Sementara, Popov ‘’hanya’’ menduduki peringkat 20 dunia. Dalam rekor pertemuan pun, Anthony unggul 1-0 saat keduanya berjumpa France Open 2023.
Tapi di lapangan tak sesuai dengan di atas kertas. Bahkan, saya pun tak menyaksikan terus pertandingan tersebut dan mengganti chanel televisi lain, khususnya televise yang memutar film aktion mandarin. Bagi saya, itu lebih menghibur daripada bakal menerima sakit hati karena Anthony atau yang juga memanggilnya dengan nama Ginting.
Permainan yang ditampilkan pebulu tangkis 28 tahun tersebut membuat emosi. Seperti sebelumnya, banyak poin yang dengan mudah didapat Popov dari kesalahan Anthony sendiri. Dalam hati saya mempunyai prediksi, apakah Olimpade Paris 2024 akan menjadi catatan terburuk, khususnya di sektor tunggal putra, dalam lembar perjalanan bulu tangkis Indonesia.
Sebab, untuk kali pertama, wakil Indonesia sudah tumbang di babak pertama. Beberapa jam sebelumnya, wakil lainnya di nomor tunggal putra, Jonatan Christie sudah tersingkir. Sebagai unggulan ketiga, Jojo, sapaan karibnya, kalah dua game langsung 18-21, 12-21 dari wakil India Lakshya Sen. Padahal, dari rekor pertandingan yang ada, Jojo unggul 4-1.
Ternyata, prediksi saya (maaf) terbukti. Di sela-sela menyaksikan film mandarin, saya masih sempat mengintip skor Anthony. Dia kalah tiga game 19-21, 21-17, 15-21.
Rasanya tak percaya. Indonesia yang masih merasa disebut sebagai kiblat bulu tangkis dunia, termasuk juga di tunggal putra, tidak ada wakil di babak kedua atau 16 besar. Kita tak perlu bicara emas seperti ketika akan berangkat ke Paris. Bahkan hanya menempatkan Jojo dan Anthony sebagai runner-up grup saja sudah setera dengan wakil dari Kanada, Italia, dan juga dengan Mauritius yang menempatkan pebulu tangkisnya Julien Paul sebagai peringkat kedua Grup C.
Pil pahit yang seakan kita hanya bisa bangga dengan masa lalu ketika Alan Budikusuma meraih emas di Olimpiade Barcelona, Spanyol, 1992 dan Taufik Hidayat di Olimpiade Athena, Yunani, 2004. Tak menutup kemungkinan di olimpiade berikut yang direncanakan di Los Angeles, Amerika Serikat, 2028, hasil buruk di tunggal putra ini akan kembali terjadi.
Kok bisa? Sampai saat ini, kemampuan pelapas Jojo dan Anthony belum ada yang terlihat. Juara Dunia Junior 2023 Alwi Farhan belum bisa berbicara banyak di tingkat senior. Daripada pusing memikirkan hasil memalukan tunggal putra di Paris 2024, saya kembali mengalihkan menyaksikan film mandarin itu hingga selesai. Sebuah film yang setidaknya mengurangi rasa malu karena jeleknya Jojo dan Anthony di Paris 2024. (*)
Sidiq Prasetyo
Jurnalis Olahraga
Bagikan