indramayu
Kamis, 13 Februari 2025 18:53 WIB
Penulis:Redaksi
Editor:Redaksi
JAKARTA - Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) bersama dengan Politeknik Ahli Usaha Perikanan (AUP) menggelar kegiatan Seminar Nasional bertajuk “Mendorong Akselerasi Transisi Energi Terbarukan Pada Sektor Perikanan dan Kelautan”, bertempat di Auditorium Madidihang, kampus utama Politeknik AUP, pada Kamis, 13 Februari 2025.
Direktur Politeknik Ahli Usaha Perikanan (AUP), Drs. Ani Laelani, M.Si dalam sambutannya menyampaikan bahwa tema seminar ini relevan dengan tantangan global yang kita hadapi saat ini dalam upaya mewujudkan sistem energi yang lebih berkelanjutan, ramah lingkungan, dan berdaya saing tinggi.
“Sektor perikanan dan kelautan merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia. Namun, sektor ini juga memiliki dampak yang signifikan terhadap lingkungan hidup. Oleh karena itu, transisi energi terbarukan pada sektor perikanan dan kelautan merupakan langkah yang sangat strategis dalam upaya untuk mengurangi dampak lingkungan hidup dan meningkatkan keberlanjutan sektor perikanan dan kelautan,” terang Ani.
Selain menjadi wadah diskusi dan pertukaran gagasan yang konstruktif, Ani berharap diharapkan dapat menjadi wadah untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, dan best practice dalam mendorong akselerasi transisi energi terbarukan pada sektor perikanan dan kelautan. Kami juga berharap bahwa seminar nasional ini dapat menjadi titik awal untuk membangun kerja sama yang lebih erat antara pemerintah, industri, akademisi, dan masyarakat sipil dalam upaya untuk mendorong transisi energi terbarukan pada sektor perikanan dan kelautan.
Sementara itu, Ketua Umum KNTI, Dani Setiawan dalam sambutan menyampaikan tentang pentingnya sumberdaya manusia yang unggul dan memadai untuk mendukung sektor kelautan dan perikanan.
“Taruna yang hadir merupakan calon-calon ahli, praktisi dan pemikir. Bagaimana Indonesia sebagai negara bahari dan negara maritim, memang harus dan patut dipasok oleh sumber daya manusia yang unggul dan memadai untuk menjadikan sektor perikanan kelautan betul-betul menjadi tumpuan bagi pembangunan dan perekonomian bangsa kedepan,” terang Dani.
Saat ini tantangan sektor Perikanan Kelautan, menurut Dani tidak hanya soal mengelola sumber daya alam sektor perikanan kelautan, tetapi sudah menuju tahap berikutnya, yaitu pembangunan perikanan kelautan untuk menciptakan nilai tambah dari sumber daya melalui hilirisasi di sektor perikanan kelautan dengan prinsip-prinsip keberlanjutan.
“Tidak hanya teknologi dan inovasi yang berdaya guna bagi masyarakat, akan tetapi bagaimana teknologi dapat menciptakan nilai tambah dan lapangan pekerjaan bagi masyarakat.”Ujar Dani
Dani juga menyampaikan tentang bagaimana pentingnya mengadopsi dan beradaptasi dengan sumber teknologi atau energi baru dan terbarukan. Menurutnya konsumen internasional memiliki awareness tinggi kepada produk yang menggunakan sumber energi terbarukan atau yang dikelola dan diproses secara berkelanjutan dari kontek lingkungan.
“Hal lainnya yang menjadi perhatian KNTI adalah dampak perubahan iklim yang berdampak terhadap kegiatan usaha sektor perikanan kelautan. Sektor perikanan khususnya, harus didorong lebih cepat melakukan transisi energi dan adopsi energi yang lebih bersih. Sumber-sumber energi terbarukan harus menjadi sandaran bagi masa depan sektor ini. Kita ingin pengelolaan sektor kelautan dan perikanan lebih berkelanjutan dan mensejahterakan,” terang Dani
Sementara itu, Plt. Kepala Pusat Pendidikan Kelautan Perikanan Dr. Alan Frendy, dalam paparannya menyampaikan dampak perubahan iklim bagi perikanan skala kecil dan pentingnya transisi energi dan pembangunan sumberdaya manusia.
“Kenaikan CO2 semakin lama semakin drastis di atmosfer, tahun 2023 kenaikannya mencapai 418,51 ppm dari 415,91 ppm pada 2022.” Terang Alan
Alan juga menilai target pemanasan global (1,5 c), menurutnya cukup sulit apabila melihat trend (data) saat ini. Beliau juga menyampaikan bagaimana dampak perubahan iklim terhadap perikanan skala kecil baik bidang penangkapan maupun budidaya.
“Yang paling rentan untuk perikanan skala kecil, khususnya penangkapan ikan terkait dengan perubahan iklim ada beberapa hal yang akan terjadi. Pertama, adalah pergeseran distribusi ikan dan pola imigrasi, kemudian cara-cara perikanan tradisional tidak bisa dipertahankan karena banyak perubahan,” terang Alan.
Sedang untuk sektor budidaya, Alan menyampaikan dampak perubahan iklim mulai dari cuaca ekstrim, banjir, penyakit ikan/udang, parasit dan lonjakan pertumbuhan alga beracun.
“Dampak panjangnya, kita akan semakin kesulitan mencari benih-benih alami. Serta adanya kenaikan temperatur, curah hujan, keasaman laut,” jelas Alan.
Adapun terkait dengan transisi energi, Alan menyampaikan ada beberapa teknologi yang sudah dihasilkan oleh pemerintah bekerjasama dengan akademisi. Kementerian Kelautan Perikanan (KKP) sendiri melalui Badan Penyuluh dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPPSDM) mendorong adanya peningkatan sumber daya manusia di sektor perikanan kelautan melalui program beasiswa kepada anak-anak pelaku usaha sektor perikanan kelautan.
Turut hadir dalam kegiatan, narasumber M. Arifuddin (Koordinator Penyiapan Program Konservasi Energi, Kementerian ESDM), Dedi Rustandi, S.T., M.Eng (Koordinator Bidang EBTKE, BAPPENAS), Kevin Lieus Felix (Senior Program Associate New Energy, Nexus Indonesia), Raedy Anwar Subiantoro (Dosen Politeknik Ahli Usaha Perikanan) dan Widya Kartika (Peneliti KNTI) serta moderator R. Dewi Kandi (Yayasan Indonesia Cerah).
Adapun kegiatan dihadiri oleh 400 Peserta yang merupakan nelayan, taruna AUP, akademisi, NGO dan jaringan masyarakat sipil.
Bagikan
indramayu
9 bulan yang lalu