Pertunjukan Akulturasi Budaya Bali-Jawa Meriahkan Hari Lahir Pancasila di Banyuwangi

ifta - Kamis, 02 Juni 2022 22:03 WIB
Pertunjukan Akulturasi Budaya Bali-Jawa Meriahkan Hari Lahir Pancasila di Banyuwangi

BANYUWANGI, Halojatim.com- Sejumlah daerah dari Jawa Timur, Bali, hingga Riau ikut meramaikan atraksi budaya dalam rangka Hari Lahir Pancasila di Banyuwangi.

Masing-masing daerah menyumbangkan atraksi budayanya dengan beragam keunikan masing-masing.

Tercatat sejumlah daerah ikut meramaikan acara yang dikemas dalam Festival Budaya Nusantara di Taman Blambangan itu berasal dari Banyuwangi, Situbondo, Lumajang, Jembrana, Pamakesan, hingga Tanjung Pinang, Riau.

"Jadikanlah budaya sebagai sarana mempersatukan bangsa Indonesia. Bukan justru membuat pecah belah. Inilah manifestasi dari sila ketiga, Persatuan Indonesia," ungkap Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani yang membuka acara tersebut, Rabu malam kemarin.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Wakil Bupati Jembrana I Gede Ngurah Patriana Krisna.

"Kami merasakan betul bahwa kebudayaan adalah alat pemersatu dan perekat bangsa Indonesia," ujar Gede.

Dalam Festival Budaya Nusantara ini diawali dengan seni musik karawitan tabung dari Jembrana, Bali.

Aransemen berjudul Manakala itu berhasil menghentak pengunjung yang memadati pelataran panggung Taman Blambangan.

Disusul kemudian dengan tari pembuka Panca Warna dari Banyuwangi.

Tari ini menggambarkan keragaman budaya lintas etnis di bumi Blambangan.

Tari Puspawresti dari Jembrana menyambung pertunjukan. Tari yang menghadirkan muda mudi yang menyambut kedatangan tamu dengan penuh penghormatan.

Dirangkai pula dengan tari bertajuk Arume Kembang Gumitir yang mengkreasikan antara tari topeng, rodat hingga tari maju rampak persembahan dari Kabupaten Lumajang.

Kemudian disusul dengan tari Kepodang Emas dari Banyuwangi yang melukiskan tentang kerukunan.

Berpadu dengan tari Bunganah Athe yang juga disisipi dengan Pamekasan Culture Show yang memamerkan aneka ragam batik dari pulau garam itu.

Sedangkan Kabupaten Situbondo sendiri menampilkan tari Landhung alias Layar Pendhalungan.

Tari ini menggambarkan tentang pedoman hidup masyarakat Situbondo yang berkultur, Jawa-Madura.
Festival ditutup dengan tari dan aransemen musik berjudul Loloan.

Nama terakhir ini terinspirasi dari sebuah perkampungan di Jembrana yang menjadi tempat akulturasi budaya Bali dan Jawa.

Juga sebagai tempat bertemunya pemeluk Muslim dan Hindu. Tari yang diberi judul Balingi ini digarap secara kolaboratif oleh seniman Bali dan Banyuwangi. (*)

RELATED NEWS