Kenali dan Pahami Dampak Pandemi Bagi Perkembangan Sosial-Emosional dan Fungsi Adaptif ABK

Asih - Senin, 16 Mei 2022 18:33 WIB
Sebagai sekolah Inklusi, sekolah Cikal berupaya mengenalkan dengan baik sudut pandang psikologi dalam pengembangan diri anak-anak, termasuk anak yang berkebutuhan khusus.

SURABAYA | halojatim.com - Memahami peranan aspek perkembangan sosial-emosional terhadap fungsi adaptif anak dan remaja berkebutuhan khusus menjadi salah satu langkah tepat untuk memetakan pengembangan diri anak dengan kebutuhan khusus.

Psikolog, sekaligus Wakil Kepala Kurikulum Sekolah Cikal, Indri Savitri menjelaskan aspek sosial-emosional merupakan salah satu aspek yang penting untuk orang tua perlu pahami untuk mengasah kemandirian, adaptasi, dan penemuan jati diri anak dan remaja, termasuk bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus dalam kehidupannya.

Indri menjelaskan bahwa perkembangan sosial emosional merupakan sebuah keselarasan antara pengetahuan, keterampilan, pikiran, dan sikap yang ada dalam diri anak-anak, termasuk anak berkebutuhan khusus untuk membangun rasa empati dan mengasah kepedulian dalam dirinya.

Baca Juga :

"Perkembangan sosial-emosional itu sebenarnya merupakan sebuah keselarasan dari pengetahuan, keterampilan, pikiran dan sikap untuk mendapatkan identitas diri yang sehat, mengelola emosi serta meraih tujuan diri serta kelompok, bisa membangun empati dan dukungan yang akhirnya bisa membantu individu mengambil keputusan yang sehat, bertanggung jawab, dan menunjukkan kepedulian.” jelas Indri dalam rilisnya, Senin (16/5/2022).

Apabila orang tua telah dapat memahami makna sebenarnya, maka orang tua juga perlu mengerti bahwa apabila perkembangan sosial-emosional anak-anak, termasuk bagi anak berkebutuhan khusus telah bertumbuh dengan baik, maka perkembangan diri anak akan semakin optimal.

“Dari perkembangan sosial-emosional ini, maka beberapa aspek dalam diri anak juga berkembang, antara lain, terbentuknya identitas diri yang sehat, kemampuan untuk mengelola emosi, terbangunnya kepekaan terhadap orang lain, dapat membangun relasi sosial yang suportif, hingga anak dapat mengambil keputusan yang bertanggung jawab.” tambahnya.

Dalam kondisi pandemi yang telah berlangsung selama lebih dari dua tahun, Indri menuturkan bahwa terdapat beberapa dampak yang sebenarnya memengaruhi aspek sosial-emosional anak, antara lain sebagai berikut:

Regulasi emosi

Regulasi emosi merupakan kemampuan memahami, mengelola, dan mengekspresikan emosi. Dalam kondisi pandemi, Indri mengatakan bahwa anak-anak mengalami fase transisi dan menjadi lebih mudah sekali emosi.

Efikasi diri

Efikasi diri merupakan sebuah keyakinan diri bahwa kita pribadi yang mampu. “Dalam hal ini, anak yang mengalami learning loss, akan memiliki sebuah gap. Sehingga, anak berusaha untuk memiliki kemampuan yang harus dikuasai dengan kemampuannya saat ini. Dari sana juga, anak juga akan merasa, atau timbul keraguan terhadap dirinya.” tambahnya.

Keterampilan sosial

Dalam kondisi pandemi yang memberikan batasan akan interaksi secara langsung, maka kemampuan untuk membangun komunikasi, perasaan, dan pikiran dalam konteks relasi dengan orang lain akan timbul jarak.

“Jarak yang ada membuat keterampilan sosial anak kurang terasah. Belajar daring dalam kondisi ini membuat anak menjadi tidak punya sahabat dan hal ini membuat kepedulian sosialnya juga berkurang.” tutur Indri.

Kesehatan mental

Pandemi juga pastinya memberikan tantangan tersendiri bagi anak-anak, termasuk anak berkebutuhan khusus. Di sinilah, dibutuhkan strategi mengatasi masalah dan adaptasi, karena jelas sekali dampak pandemi membuat anak juga stres atau menghadapi tekanan, serta transisi dalam fase tumbuh kembangnya.

Kini sudah paham bukan mengenai makna dari aspek sosial-emosional bagi fungsi adaptif anak dan remaja, termasuk yang berkebutuhan khusus? Yuk, pahami lebih dalam lagi, dan dampingi anak-anak berkebutuhan khusus untuk mengembangkan dengan baik aspek sosial emosionalnya.

Editor: Asih

RELATED NEWS