Jubir Perusahaan yang Kelola Facebook dan Instagram Jadi Buronan
Halojatim.com- Perusahaan raksasa yang mengelola media sosial seperti Facebook dan Insagram yakni Meta tersandung kasus yang disebut sebagai kasus terorisme.
Facebook dan Insagram kini menjadi salahsatu aplikasi media sosial yang banyak dipakai di dunia, termasuk di negara yang sedang berkonflik seperti Rusia, Ukraina.
Tuduhan terorisme ini ditargetkan kepada seorang juru bicara Meta, Andy Stone jadi buron Rusia.
- Sosok Bos KPK Baru Nawawi Pomolango, Dulu Jebloskan Hakim MK Patrialis Akbar 8 Tahun Penjara
- Tempat Wisata di Bali Ini Selalu Jadi Jujugan Saat Liburan Natal dan Pergantian Tahun
- Eksotisnya Puncak Waringin-Labuan Bajo, Kini Mulai Diminati Wisatawan
Andy Stone dicari oleh kementerian atas tuduhan terorisme.
Mengutip Insider, tidak disebutkan secara rinci tuduhan apa yang diterima Stone sehingga menjadi buron Pemerintah Rusia. Namun, Kantor berita negara Rusia TASS melaporkan bahwa Stone dicari berdasarkan pasal KUHP Rusia.
Sekilas mengenai Andy Stone, Ia diketahui menjabat sebagai direktur komunikasi untuk Meta. Mengutip akun LikedIn-nya Stone telah bekerja di perusahaan media sosial tersebut sejak 2014.
Mengutip laporan, Stone pernah ditangkap secara in absensia oleh pengadilan Rusia pada pertengahan November. Rincian kasusnya belum dirilis. Basis data buronan juga tidak memberikan rincian apapun tentang kasusnya.
Imbas Ketegangan Rusia dan Barat
Didapuknya Stone sebagai buron pemerintah tak lepas dari imbas tindakan keras Rusia terhadap raksasa media sosial tersebut. sebagaimana diketahui, Sebelum perang di Ukraina , produk besutan Meta seperti Facebook dan Instagram menikmati popularitas di kalangan pengguna Rusia.
Setelah Invasi Rusia ke Ukraina, situs tersebut kemudian dilarang di Rusia. Meta sendiri kini telah terdaftar sebagai organisasi teroris dan ekstremis sejak Oktober 2022.
Rusia juga membuka kasus terhadap Meta pada Maret 2022 yang juga melibatkan Stone. Pemerintah Rusia mengatakan bahwa perusahaan tersebut mempromosikan aktivitas teroris setelah mengubah aturan ujaran kebencian untuk pengguna di Ukraina dan Polandia .
Mengutip Mediazona, pada saat itu, kementerian Rusia menyebut Stone dalam siaran persnya setelah dia mengumumkan keputusan Meta untuk menyetujui pengguna memposting tulisan tentang kematian penjajah Rusia. ***
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Rizky C. Septania pada 27 Nov 2023