Instore Drying Tenaga Surya untuk Mengeringkan Bawang Merah
NGANJUK | halojatim.com -
Potensi komoditas bawang merah bisa terancam mengalami penurunan mutu akibat cuaca yang tidak mendukung saat ini.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melalui Kuliah Kerja Nyata Pengabdian kepada Masyarakat (KKN Abmas) mencoba membantu petani.
Mewakili Tim KKN Abmas ITS, Suyatno mengatakan penyebab turunnya mutu bawang merah karena cuaca yang tidak mendukung pada saat proses pengeringan, sehingga bawang merah menjadi setengah matang.
Hal ini diteliti akibat cuaca yang terlalu panas, serta kelembaban udara pada saat penyimpanan yang mengakibatkan bawang menjadi kempos, busuk, tumbuh jamur, hingga tumbuh tunas.
BACA JUGA :
- https://halojatim.com/read/eri-kenalkan-batik-khas-surabaya
- https://halojatim.com/read/pemprov-dan-drprd-jatim-sahkan-empat-perda
- https://halojatim.com/read/pilihan-liburan-edukasi-akhir-pekan-ada-festival-brantas-di-kediri
Keterbatasan alat dan teknologi hasil pascapanen juga menyebabkan bawang merah langsung dijual tanpa melalui proses penyimpanan terlebih dahulu. Karena petani tidak dapat menjual bawang merah dengan mutu yang berkualitas sesuai waktu yang diinginkan.
"Karena itu kami mencoba menawarkan solusi penerapan penyimpanan dengan bantuan panel surya sebagai sumber listrik utama," ungkapnya.
Tim ITS menciptakan alat instore drying dengan penerapan panel surya cerdas guna menjaga mutu bawang merah berkualitas.
Penyimpanan yang berbasis instore drying ini dinilai dapat mengeringkan dan menyimpan hasil pasca panen, serta menjaga mutu dari bawang merah dalam waktu tertentu sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).
Tak hanya itu, keunggulan alat ini juga dapat menekan kerusakan bawang merah dari 3,9 persen menjadi 0,83 persen per satu ikat dengan berat rata-rata 2-3 kilogram.
Apalagi dengan adanya penggunaan panel surya cerdas guna menjalankan sistem tanpa memerlukan listrik PLN yang tentunya akan menekan biaya operasional. Sistem ini juga terdiri dari sensor suhu yang dikontrol menggunakan arduino dan akan dikendalikan oleh mikrokontroler agar berjalan otomatis sehingga mempermudah mitra binaan.
"Dengan begitu, waktu efektif penyimpanan yang biasanya hanya bertahan empat minggu, mengalami peningkatan menjadi enam bulan," jelas Suyatno.
Lebih lanjut, menurut Suyatno, kapasitas dari instore drying yang didesain ini nantinya akan dikembangkan dari 10 kilogram untuk prototipe menjadi alat yang dapat menampung bawang merah dengan kuantitas hingga 100 kilogram atau bahkan 1 ton.
Sehingga, dengan lahan yang dimiliki oleh mitra terkait dapat menampung keseluruhan dari hasil panen bawang merah dengan hasil mutu yang berkualitas.
KKN Abmas yang dilaksanakan di desa penghasil bawang merah, Desa Kajang, Kabupaten Nganjuk ini dibantu oleh 18 mahasiswa dari Departemen Fisika ITS.
Kegiatan ini ditargetkan dapat menjawab semua tantangan petani bawang. Dimulai dari penggunaan produk guna membantu menjaga mutu hasil panen bawang merah yang berkualitas, hingga meningkatkan pendapatan petani bawang merah.
Inovasi tersebut diharapkan juga bisa mendukung pemerintah dalam meningkatkan mutu bawang merah untuk dijadikan bahan ekspor yang berkualitas.
Di akhir, Suyatno juga menyampaikan harapannya agar penelitian yang dilakukan akan terus dikembangkan guna membantu para petani agar lebih sejahtera. Ia berharap mahasiswa akan lebih peduli terhadap lingkungan pertanian, dan ikut berkontribusi baik di masa penanaman, merawat, maupun masa panen.
“Kita mempunyai tanggung jawab kepada para petani dengan cara membantu menyelesaikan permasalahan mereka,” pungkasnya.