Desa Terpencil di Kaki Gunung Kelud Belum Teraliri Listrik, Puluhan Tahun Warga Andalkan Genset

ifta - Kamis, 04 Agustus 2022 20:27 WIB
Nampak petugas melintas di Gardu Induk Tegangan Extra Tinggi (GITET) Cisauk , Tangerang. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia

Kediri, Halojatim.com- Program listrik masuk desa belum sepenuhnya merata, khususnya untuk wilayah yang secara akses sangat sulit ditembus PLN.

Seperti misalnya di Kampung Onggoboyo, Desa Babadan, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, Jawa Timur yang berada di kaki Gunung Kelud ketinggian 1.731 meter di atas permukaan laut.

Kampung ini sangat terpencil, di kampung yang kini ditinggali belasan kepala keluarga ini belum teraliri listrik.

Warga desa belum merasakan terangnya listrik dari negara.
Selama ini mereka hanya mengandalkan mesin genset yang waktunya sangat terbatas.

Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana, mengemukakan pihaknya sedang memetakan program pemasangan jaringan listrik tersebut. Selain harus komunikasi dengan PLN, juga harus koordinasi dengan PTPN X.

"Ini salah satu pekerjaan rumah yang harus diprioritaskan supaya jaringan listrik PLN bisa masuk ke Kampung Onggoboyo. Kami berkomunikasi dengan PTPN X. Bagi kami di pemerintahan, pemerataan adanya listrik itu adalah suatu keniscayaan tersendiri," katanya di Kediri dilansir dari laman ANTARA, Kamis (4/8).

Kampung Onggoboyo berada di tengah perkebunan tebu milik PTPN X yang berlokasi di Dusun/Desa Babadan, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri. Kampung itu jauh dari kampung lainnya. Lokasinya di kaki Gunung Kelud, yang berada di Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri.

Di tempat tersebut, terdapat 17 kepala keluarga (KK) yang hingga kini masih tinggal. Aktivitas warga lebih banyak menjadi buruh tani dengan pendapatan yang tidak tentu.

Hingga kini, jaringan listrik dari PLN belum masuk sehingga untuk penerangan warga mengandalkan penerangan dari mesin genset.

Ketua RT di Kampung Onggoboyo, Sutikno mengatakan pada 2014 warga sebenarnya telah mendapatkan bantuan penerangan berupa solar cell dari Bupati yang menjabat saat itu, namun karena daya tahan penyimpanan baterai yang tidak lama, penerangan pun kurang optimal.

Hingga kemudian, warga bernisiatif menggunakan mesin genset supaya malam hari tetap bisa mendapatkan penerangan.

"Genset itu pun 1 liter bahan bakar habis untuk tiga jam," kata Sutikno yang mengaku sudah tinggal di kampung ini sejak 1984.

Ia mengatakan, anak-anak yang tinggal di kampung ini juga belajar seperti biasanya, namun saat pandemi COVID-19 sempat kesulitan, karena proses belajarnya lewat daring. Beberapa anak harus ke luar kampung untuk belajar.

Sutikno dengan warga di kampung ini berharap kampung mereka bisa dialiri jaringan listrik PLN.

Dulu pernah dilakukan pengukuran jarak antara kampung Onggoboyo dengan jaringan listrik yang melintas di desa mereka, namun hingga kini belum ada realisasi jaringan listrik masuk.

Manager PLN UP3 Kediri Edi Cahyono mengakui bahwa pihaknya memberikan suport terkait dengan program pemkab untuk listrik masuk desa. Pihaknya juga masih memastikan kondisi di lapangan.

Untuk mendukung jaringan listrik ke Kampung Onggoboyo harus dipetakan jarak antara lokasi dengan jaringan listrik yang sudah ada di desa itu, termasuk jumlah KK calon pengguna listrik. Hasil analisa nantinya akan diajukan ke bidang listrik desa yang menangani.

"Nanti dari kami akan diajukan ke unit induk distribusi Jawa Timur," kata Edi.

Pihaknya berharap pembangunan jaringan ke depannya di Kampung Onggoboyo tidak memunculkan persoalan, karena melewati lahan perkebunan. Untuk itu perlu adanya pertemuan dengan pihak perkebunan yang difasilitasi Pemkab Kediri. (*)

RELATED NEWS