Dear Orangtua yang Punya Anak Gen Z, Begini Cara Tepat Mendukungnya Tanpa Menuntut
Halojatim.com - Banyak anggapan generasi Z atau Gen Z adalah generasi yang rentan stres, mereka juga kadang disebut sebagai generasi yang sensitif.
Gen Z juga sedang berproses untuk menemukan jati dirinya.
Beberapa di antara mereka baru memasuki dalam ketatnya persaingan dalam industri kerja.
Tidak jarang juga Gen Z sering dihadapkan pada berbagai tekanan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa Gen Z lebih rentan terkena stres.
Generasi Z adalah generasi yang lahir dalam rentang tahun 1997 sampai 2012. Itu artinya saat ini, kelompok Gen Z adalah mereka yang berusia 11 tahun hingga 26 tahun.
Banyak kelompok Gen Z yang telah memasuki dunia kerja dan menghasilkan uang sendiri. Tak jarang orang tua Gen Z kerap memberikan saran-saran atau masukan sebagai langkah parenting untuk kebaikan anak mereka.
- Ratusan BPR Bakal Ditutup Paksa, OJK Sebut Jumlahnya Tak Lagi Ideal
- RUMAH POMPA DIHARAPKAN BISA CEGAH BANJIR DI KOTA SURABAYA
- HEBAT, EMPAT KALI KOTA MADIUN RAIH PENGHARGAAN KETERBUKAAN PUBLIK
Sayangnya keinginan untuk melihat anak sukses ini justru kerap membuat anak merasa dihakimi dan tidak dipahami alih-alih didukung. Hal ini tentu berbahaya karena akan berdampak buruk pada diri sang anak dan berpotensi merusak hubungan orang tua-anak.
Psikolog sekaligus penulis buku Jeffrey Bernstein, Ph.D menulis kepada Psychology Today langkah-langkah yang bisa dilakukan orang tua untuk mendukung anak dalam tahapan kehidupan mereka tanpa harus menuntutnya.
Cara yang Tepat untuk Mendukung Anak Anda Tanpa Menuntutnya
1. Ekspresikan Empati
Mulailah dengan mengungkapkan empati dan pengertian. Misalnya, "Lori, saya sadar akan tantangan sulit yang Anda hadapi. Mohon dengar bahwa meskipun pendekatan kita berbeda, saya peduli dengan kesejahteraan kamu."
2. Ciptakan Ruang Aman
Pastikan percakapan berlangsung di tempat yang aman dan tidak menghakimi. Anda bisa berkata, "Kevin, bagaimana kalau kita jalan-jalan bersama. Saya ingin memahami sudut pandangmu dan mencari cara terbaik untuk berkomunikasi dengan cara yang terasa suportif, bukan menghakimi, atau menyerang."
3. Ajukan Pertanyaan Terbuka
Daripada bertanya langsung tentang "rencana" mereka, ajukan pertanyaan terbuka yang mendorong mereka untuk berbagi pemikiran dan perasaan. Misalnya:
"Bagaimana perasaanmu mengenai situasimu saat ini?"
“Apa yang berjalan baik dan kurang baik mengingat tantangan yang sedang hadapi saat ini?”
4. Mendengarkan Aktif
Mempraktikkan mendengarkan secara aktif sulit dilakukan bagi orang tua yang dilanda kecemasan. Mendengarkan secara aktif tidak hanya melibatkan mendengarkan kata-kata anak yang sudah dewasa, tetapi juga mencoba memahami emosi dan kekhawatiran yang mendasarinya.
Renungkan apa yang Anda dengar untuk menunjukkan bahwa Anda terlibat dan pengertian. Anda bahkan bisa berkata, "Ada bagian dalam diriku yang ingin memberimu nasihat, tapi aku lebih suka kamu membuang hal-hal yang mengganggumu itu."
5. Hindari Penghakiman
Bernstein mengatakan ia melihat banyak orang tua yang kesulitan menahan diri untuk tidak menghakimi atau memberikan nasihat yang tidak diminta. Harap diingat, tujuan Anda adalah memahami sudut pandang anak Anda yang sudah dewasa dan mendukungnya, bukan memaksakan gagasan Anda pada apa yang harus mereka lakukan.
Meskipun sulit bagi kita semua sebagai orang tua, penting bagi kita untuk mengungkapkan nilai-nilai kita dengan cara yang tidak terasa seperti kita memaksakannya.
Anda dapat mengatakan, "Meskipun kita melihat beberapa hal secara berbeda, saya menghargai betapa terbukanya kamu terhadap saya. Saya berusaha mengingatkan diri sendiri bahwa kita masing-masing mungkin menghadapi tantangan dengan cara yang sama dalam beberapa hal dan berbeda dalam hal lain."
6. Tawarkan Dukungan
Biarkan anak Anda yang sudah dewasa mengetahui bahwa Anda ada untuk mendukung mereka dengan cara apa pun yang mereka butuhkan. Dukungan ini dapat mencakup dukungan emosional, bantuan praktis (sesuai alasan), atau membantu mereka terhubung dengan sumber daya.
7. Tetapkan Tujuan yang Realistis
Bekerjasamalah untuk menetapkan tujuan jangka pendek yang realistis dan dapat dicapai. Memecah tantangan yang lebih besar menjadi langkah-langkah yang lebih kecil dan dapat dikelola dapat membuat situasi tersebut tidak terlalu membebani.