BI : Kenaikan Harga BBM Berisiko Inflasi Tinggi
JAKARTA | halojatim.com - Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) mengatakan inflasi IHK diprakirakan masih berlanjut.
Hal ini disebabkan masih tingginya harga energi dan pangan global.
"Inflasi inti dan ekspektasi inflasi diprakirakan berisiko meningkat akibat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) nonsubsidi dan inflasi volatile food, serta semakin menguatnya tekanan inflasi dari sisi permintaan," ujarnya mengutip website BI, Jakarta, Jumat (2/9/2022).
Baca Juga :
- https://halojatim.com/read/presiden-jokowi-masih-hitung-hitung-harga-solar-dan-pertalite
- https://halojatim.com/read/kota-madiun-siapkan-rp-5-4-miliar-untuk-atasi-kekerdilan
- https://halojatim.com/read/464-mahasiswa-bantu-pelayanan-kependudukan
Faktor-faktor tersebut diprakirakan dapat mendorong inflasi pada 2022 dan 2023 melebihi batas atas sasaran 3% plus minus 1%. Ini karenanya diperlukan sinergi kebijakan yang lebih kuat antara Pemerintah Pusat dan Daerah dengan Bank Indonesia untuk langkah-langkah pengendaliannya.
Untuk saat ini, inflasi inti pada Agustus 2022 terjaga sebesar 0,38% (mtm), meski meningkat dibandingkan dengan inflasi Juli 2022 yang sebesar 0,28% (mtm). Peningkatan tersebut terutama dipengaruhi oleh inflasi komoditas dalam kelompok pendidikan, serta komoditas kontrak dan sewa rumah yang didorong kenaikan mobilitas masyarakat dan berlanjutnya proses pemulihan ekonomi.
"Peningkatan lebih lanjut tertahan oleh deflasi komoditas emas perhiasan seiring dengan pergerakan harga emas global," ujarnya.
Kelompok volatile food pada Agustus 2022 mencatat deflasi sebesar 2,9% (mtm) setelah pada bulan sebelumnya mencatat inflasi sebesar 1,41% (mtm). Perkembangan tersebut terutama dipengaruhi oleh deflasi aneka cabai dan bawang merah sejalan dengan peningkatan pasokan dari daerah sentra produksi.
Di sisi lain, komoditas beras dan telur ayam ras mengalami inflasi seiring dengan berakhirnya masa panen dan peningkatan permintaan. Secara tahunan, kelompok volatile foods mengalami inflasi 8,93% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 11,47% (yoy).
Inflasi kelompok administered prices pada Agustus 2022 mencatat inflasi 0,33% (mtm), menurun dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya yang sebesar 1,17% (mtm). Perkembangan tersebut terutama dipengaruhi oleh penurunan tarif angkutan udara sejalan dengan meredanya tekanan harga avtur.
Penurunan inflasi lebih lanjut tertahan oleh inflasi bahan bakar rumah tangga dan tarif listrik, seiring dengan penyesuaian harga energi nonsubsidi. Secara tahunan, kelompok administered prices mengalami inflasi 6,84% (yoy), lebih tinggi dari inflasi pada bulan sebelumnya yang sebesar 6,51% (yoy).
Oleh sebab itu, BI terus memperkuat sinergi antara pusat dan daerah untuk menjaga stabilitas harga. Serta, meningkatkan ketahanan pangan melalui Rapat Koordinasi Tim Pengendalian Inflasi (TPIP dan TPID), serta akselerasi pelaksanaan gerakan nasional pengendalian inflasi pangan (GNPIP).
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Fakhri Rezy pada 02 Sep 2022