Asal Bisa WFH, Gen Z di Indonesia Rela Potong Gaji, Demi Kesehatan Mental
Halojatim.com— Kerja dari rumah ataua work from home (WFH) ternyata sebuah kemewahan tersendiri bagi generasi kelahiran 1997-2012 atau yang biasa disebut sebagai Gen Z.
Para Gen Z ini bahkan rela gaji mereka dipotong asal bisa kerja dari rumah mereka masing-masing.
Hal ini berdasarkan temuan dari sebuah riset terhadap perilaku gen Z.
- Hoaks Pemilu Naik 10 Kali Lipat, Terbanyak di Facebook
- Pemerintah Jamin Cadangan Beras Cukup, 857 Ribu Ton Telah Tersalur
- KOTA SURABAYA PUNYA DUA RUMAH POMPA BARU UNTUK ATAS BANJIR
Alasan mereka mau dipotong gaji dan bisa kerja dari rumah adalah alasan kesehatan mental.
Dalam riset “Work Relationship Index” yang dilakukan tim Hewlett-Packard (HP), sekitar 93% Gen Z dengan mudah menerima gaji lebih kecil asal mereka bisa memiliki hubungan kerja yang baik. Angka ini diikuti generasi milenial sebanyak 89%. Riset pekerja tersebut dilaksanakan di 12 negara, termasuk Indonesia.
Riset melibatkan lebih dari 15 ribu responden selama Juni-Juli 2023.
“Alasan riset ini diinisiasi adalah karena cara kerja kita sudah berubah pasca-pandemi dengan adanya kerja hybrid, bahkan kerja di mana saja (WFA). Sehingga ekspektasi dan hubungan kita dengan pekerjaan kita juga berubah," kata Country Manager HP New Zealand Oliver Hill.
Riset menemukan 16% Gen Z rela gajinya dipotong asal mereka bisa memilih tempat kerja sendiri atau dengan sistem WFH dan Work From Anywhere (WFA). Sedangkan 18% Gen Z ingin bisa memilih jadwal kerja mereka sendiri.
Adapun 15% Gen Z ingin bekerja di suatu tempat dengan sekumpulan orang yang memiliki hubungan dekat meski harus mempertaruhkan gaji mereka. Hal ini selaras dengan riset “Work Relationship Index” yang menyebutkan hanya 38% pekerja di Indonesia yang memiliki hubungan baik dengan rekan kerja dan kantor mereka.
Indikator Work Relationship Index di sejumlah negara yang diteliti. Dalam risetnya, HP mengatakan hubungan yang tidak sehat dengan pekerjaan bisa berdampak buruk bagi pekerja itu sendiri.
Pekerja menghadapi kendala kesehatan mental yang kemudian bisa berpengaruh pada kesehatan fisik.
Sebanyak 62% pekerja yang tidak memiliki hubungan baik dengan pekerjaannya bisa terkena penyakit dari makan makanan yang tidak sehat, kurang berolahraga, susah tidur sampai naiknya berat badan. Terkait kesehatan mental, 55% pekerja diketahui mengalami masalah dengan kesehatan mentalnya.
Mereka merasa harga diri menurun, kehilangan jati diri, merasa gagal sampai merasa terisolasi. Riset HP di Indonesia menemukan hanya 38% pekerja yang memiliki hubungan sehat dengan pekerjaannya. Dari jumlah tersebut, 77% responden mengaku mempertimbangkan resign atau keluar dari pekerjaan. (*)
Tulisan ini telah tayang di sijori.id oleh Pratiwi pada 28 Oct 2023