Pakar Bencana ITS : Gempa Malang Lumrah Terjadi di Indonesia, Mengapa?

Minggu, 11 April 2021 06:31 WIB

Penulis:Asih

gempa 1.jpg
Salah satu rumah warga yang rusak akibat gempa, Sabtu (10/4/2021). undefined

Gempa 6,1  magnitudo (m) terjadi di Pantai Selatan Pulau Jawa, tepatnya di Malang Selatan, Kabupaten Malang, Sabtu (10/4/2021) pukul 14.15 WB. 

Goncangan gempa juga dialami berbagai daerah di Jawa Timur. Di antaranya Blitar, Trenggalek, Lumajang dan Probolinggo. Gemoa yang tidak berdampak tsunami juga juga terasa hingga Surabaya, Madura, Bali hingga NTB, bahkan hingga ke Yogyakarta. 

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Bambang Setiyo Prayitno MSi, dalam keterangan tertulisnya mengungkapkan episenter gempa bumi ini berada di koordinat 8,83 LS dan 112,5 BT. 

Tepatnya pusat gempa bumi ada di laut pada jarak 96 km ke arah selatan Kota Kepanjen, Kabupaten Malang, pada kedalaman 80 kilometer. "Dengan memerhatikan lokasi episenter dan kedalaman hipsenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya aktivitas subduksi," kata Bambang.

Gempa kali ini memang tidak berpotensi tsunami tapi goncangannya dirasakan hingga ke berbagai daerah lainnya. 

Peneliti senior dari Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (Puslit MKPI) ITS, Dr Ir Amien Widodo, penyebab gempa tersebut karena adanya aktivitas zona subduksi yang terbentuk akibat tumbukan lempeng Indo-Australia dengan lempeng Eurasia. 

Tumbukan lempeng tersebut terjadi sekitar 200 kilometer dari pantai selatan Jawa. “Karena posisi tumbukan miring, maka sepanjang jalur tumbukan dua lempeng tersebut terjadilah gempa,” terang dosen Departemen Teknik Geofisika ITS ini.

Dikatakan Amien, kejadian ini adalah hal yang lumrah terjadi mengingat letak geografis Indonesia berada di pertemuan tiga lempeng utama dunia, yaitu Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik. 

Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur, gempa yang tidak berpotensi tsunami ini terasa hingga di 17 kabupaten/kota di Jawa Timur.

Dilansir dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pusat gempa berada di 90 kilometer barat daya Kabupaten Malang dan berpusat di Laut Banda yang berada di lepas pantai dengan kedalaman 25 kilometer. “Titik gempa ini memang sudah lumrah menjadi penyebab terjadinya gempa di daerah sekitarnya,” ungkap Amien Widodo.

Amien mengatakan bahwa tumbukan dua lempeng tersebut terus mengalami pergesaran yang kecepatannya mencapai 7 sentimeter per tahun. Pergeseran akan terus terjadi hingga ada bagian tumbukan yang pecah dan menimbulkan gempa. “Jalur tumbukan ini berada dari daerah Banten hingga Banyuwangi,” ungkap alumnus Universitas Gadjah Mada ini.

Beruntung, gempa ini tidak berpotensi menimbulkan tsunami. Hal ini disebabkan karena pergeseran lapisan terjadi secara horizontal dan tidak menyebabkan gelombang tinggi air laut.

Terakhir, Amien Widodo berharap kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk lebih waspada dan mengenali potensi-potensi bencana alam agar mampu meminimalisir korban jiwa. “Indonesia terletak di daerah rawan bencana alam, maka masyarakat harus bisa mengenali ancaman-ancaman ini dan beradaptasi dengannya,” pungkasnya.