Mahasiswa UK Petra Buat Aplikasi Berbasis IoT untuk Urban Farming

Jumat, 21 Januari 2022 10:56 WIB

Penulis:Asih

Editor:Asih

UK Petra Urban Farming.jpg
Yeka dan Greg menjelaskan cara kerja aplikasi kepada Kelompok Tani Wanita Serpis.

SURABAYA | halojatim.com -  Dua orang mahasiswa program studi (prodi) Teknik Elektro UK Petra, Sih Kawuryan Yulianes Kufa dan Gregorio Diovani Wahanie membuat pengembangan Teknologi Urban Farming berbasis Internet of Things (IoT). 

Kegiatan ini merupakan bagian dari LEAP (Leadership Enhancement Program) yang merupakan penerapan dari MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) di kampus UK Petra. 

Dua mahasiswa ini membuat proyek sistem penyiraman tanaman secara otomatis, pengkabutan ruang greenhouse serta pendeteksi kadar air pada bak hidroponik bertenaga surya yang dapat dimonitor dan dikontrol secara jarak jauh. Dan biaa dikontrol menggunakan gadget android.

Baca Juga : 

Penerapan aplikasi ini di Jalan Jemursari V Surabaya selama lima bulan sejak Agustus-Desember 2021. 

Di kebun bernama “SERPIS Kebun Kita” yang memiliki luas sekitar 27 x 10 meter yang di dalamnya terdapat media bercocok tanam organik seluas 6 x 4 meter dengan dua bangunan greenhouse untuk media tanam hidroponik dengan masing-masing luasannya 5,6 x 8 meter dan 4 x 8 meter. 

Berbekal bantuan dana dari kampus sejumlah Rp 10 juta, dua mahasiswa kemudian melakukan berbagai uji coba. Sebelumnya mereka juga melakukan survei terlebih dahulu sehingga karya yang mereka sesuai dengan kebutuhan.

Baca Juga : 

Sih Kawuryan Yulianes Kufa atau yang akrab dipanggil Yeka merinci totalnya membuat lima rancang bangun sistem dan website. Lima rancang bangun sistem itu terdir dari satu Sistem PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya), satu Sistem Penyiraman Tanaman Media Tanah Automatis, Sistem Pengkabutan serta Pendeteksi Kadar Air pada Bak Hidroponik untuk dua Ruang Greenhouse dan sebuah Aplikasi “SERPIS” berbasis Android  sebagai dashboard kontrol dan monitor sistem.

“Kelompok kami menemukan masalah utamanya terletak pada kesulitan mengukur suhu yang tepat dalam ruang greenhouse agar tanaman Hidroponik itu tidak cepat rusak serta lokasinya yang jauh dari rumah," urai Yeka.

Yeka dan Gregorio memanfaatkan dua unit panel tenaga surya yang sudah ada, dengan pemrogaman maka penyemprotan dan pengukuran kelembapan tanah bisa dijalankan secara otomatis. 

“Sehingga jika alat mendeteksi tanah kering maka secara otomatis air akan keluar dan menyirami tanaman hidroponik itu. Dan semuanya itu bisa di kontrol melalui aplikasi yang dinamai SERPIS dengan menggunakan bahasa pemrogaman Java," tambah Gregorio. 

Penamaan aplikasi memang sengaja dibuat sesuai dengan nama asli komunitas ini yaitu SERPIS, yang merupakan sebuah dashboard bagi pengurus komunitas untuk melakukan monitoring dan kontrol sistem penyiraman Automatis serta sistem pengkabutan.  

Tak hanya itu saja, website yang telah dibuat oleh Yeka dan tim ini berencana akan dijadikan e-commerce (market place) supaya produk-produk dari KRPL SERPIS bisa dijual secara online.