#persebaya
Minggu, 08 September 2024 08:40 WIB
Penulis:Andri
Editor:Andri
SURABAYA I halojatim.com - Dia termasuk salah satu pesepak bola legendaris di Indonesia. Bukan hanya mampu membawa klub yang dibela menjadi juara kasta sepak bola tertinggi, tapi juga membela Indonesia di kancah internasional. Tapi, hidup Anang Ma’ruf tetap sederhana.
--
SEORANG lelaki muncul dari sebuah lorong di Stadion Gelora 10 November, Kota Surabaya, pada Kamis (6/9/2024). Dia menyapa penulis yang tengah mengisi daya telepon genggam.
‘’Sekarang saya sudah di sini.Ada sekitar tiga bulan,’’ kata Anang Ma’ruf seperti dikutip dari channel PINGGIR LAPANGAN.
Sebenarnya, kabar ada kembali bekerja di Gelora 10 November tersebut sempat berhembus di insan sepak bola di Kota Pahlawan, julukan Kota Surabaya. Setelah sebelumnya, Anang sempat jobless atau tanpa pekerjaan usai menangani Tim Liga 3 Jawa Timur 2023/2024 Surabaya Muda Dynamics. Tim tersebut sudah tersingkir di babak penyisihan.
Bahkan, Anang sempat menjadi driver ojek online. Hanya pekerjaan tersebut tidak bertahan lama. Setelah itu, lelaki yang kini berusia 48 tahun tersebut diangkat menjadi tenaga honorer di KMS atau Kota Madya Surabaya. Tugasnya tetap berhubungan dengan lapangan.
‘’Sama seperti sekarang ini. Saya menjadi pengawal di Gelora 10 November.’’ Ujar Anang.
Dia menganggap mendapat tempat bekerja di stadion yang juga dikenal dengan nama Stadion Tambaksari itu seperti halnya pulang ke rumah. Alasannya, di tempat yang dibangun untuk Pekan Olahraga Nasional PON) 1969 itu dia mulai merangkak karir sepakbolanya dan mulai dikenal public sepak bola. Bukan hanya di tingkat Surabaya tapi juga nasional.
‘’Di Gelora 10 November ini saya membela klub kecil saya Indonesia Muda, Persebaya Junior, hingga Persebaya Senior. Di sini pula, saya membawa Persebaya juara 2004,’’ jelas Anang.
Ya, karir sepak bola Anang yang panjang banyak bersentuhan dengan Gelora 10 November. Dari Persebaya Junior, Anang bisa terpilih masuk ke PSSI Primavera. Sebuah proyek sepak bola dengan memilih pemain-pemain muda untuk dikirim dalam pemusatan latihan di Italia.
Di Negeri Pizza itu pula, Anang sempat masuk di tim papan atas Serie A Sampdoria. Bersama klub asal Genoa tersebut, Arek Petemon, Surabaya, itu sempat menjalani latihan dan mengikuti Tur Asia. Sayang, panggilan dari klub asalnya, Persebaya, membuat Anang kembali ke Indonesia pada 1995.
Sebenarnya, tak sia-sia Green Force, julukan Persebaya, memulangkan Anang. Terbukti, Persebaya menjadi juara Divisi Utama, yang ketika itu menjadi kompetisi sepak bola tertinggi di Indonesia. Pada musim 1996/1997, Anang menjadi bagian utama tim juara. Posisinya sebagai bek kanan tidak tergantikan.
Pada 2001, Anang juga ikut mengantarkan Persija Jakarta menjadi juara Divisi Utama. Pada 1999, dia memutuskan untuk pindah ke Macan Kemayoran, julukan Persija. Namun, 2004, Anang kembali ke Persebaya saat tim tersebut membangunan kekuatan dan sukses menjadi juara.
‘’Di pertandingan terakhir musim juara 2004, saya tampil penuh dan menjadi saksi Persebaya juara. Akhirnya bisa datang kembali ke Gelora 10 November lagi meski bukan lagi untuk menjadi pemain Persebaya,’’ pungkasnya. (*)
Bagikan
#persebaya
10 hari yang lalu
#persebaya
sebulan yang lalu