Tingkatkan Hidup Berkelanjutan, Gubes ITS Terapkan Konsep Pemulihan Limbah
SURABAYA | halojatim.com - Limbah tidak hanya perlu diolah, tetapi juga perlu dipulihkan. Itulah prinsip yang dipegang oleh Guru Besar (Gubes) ke-175 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Prof Ir Arseto Yekti Bagastyo ST MT MPhil PhD.
Sejumlah kontribusinya dalam mengembangkan teknologi pengolahan dan pemulihan limbah mendukung kehidupan berkelanjutan lewat perputaran sumber daya dan bahan baku alami di alam.
Dosen Departemen Teknik Lingkungan ITS ini menekankan bahwa setiap aktivitas manusia pasti menghasilkan limbah. Namun, biaya pengelolaan limbah sering kali masih dipandang mahal dari segi investasi dan operasional.
Karena itu, pengembangan teknologi pengolahan dan pemulihan limbah harus difokuskan pada efektivitas yang tinggi, energi yang efisien, biaya proses yang murah, serta produk pemulihan dengan nilai ekonomi yang besar.
Zero Liquid Discharge (ZLD) menjadi salah satu konsep pengolahan dan pemulihan limbah yang dijadikan acuan Arseto dalam penelitiannya. Konsep ini meminimalkan pelepasan air ke media lingkungan dan memaksimalkan pemanfaatan zat-zat kandungan limbah untuk menghasilkan produk baru. “Air limbah yang sudah dihilangkan pencemarnya tidak langsung dilepas ke badan air, tetapi langsung kita gunakan sebagai air bersih,” tutur dosen yang menamatkan gelar doktornya di University of Queensland, Australia ini.
Salah satu teknologi rintisan Arseto yang menggunakan konsep ZLD adalah hybrid electro-oxidatio-dialysis. Teknologi ini menyisihkan zat pencemar organik yang secara simultan mengekstraksi ion-ion mineral dari air limbah. Salah satu produk yang dihasilkan dari teknologi ini adalah struvite, yaitu slow release fertilizer yang mampu meningkatkan kadar hara dan kesuburan tanah. “Jadi, seluruh sumber daya yang ada di limbah bisa dimanfaatkan secara sirkular,” ucap dosen kelahiran 4 Agustus 1982 ini.
Teknologi elektrodialisis juga berkorelasi dengan konsep nutrient recovery. Untuk teknologi ini, Arseto menyisihkan nutrien dari lumpur alum yang dihasilkan dari proses pengolahan air bersih.
Sebenarnya, menurut Arseto, nutrien hasil olahan tersebut sudah aman jika langsung dilepas ke lingkungan. Namun, teknologi ini mengefisiensikan waktu akumulasi nutrien dari alam.
“Istilahnya sebagai shortcut untuk mendapatkan nutrien karena kalau langsung dilepas ke lingkungan pun akan kita ambil lagi,” ujar ayah satu anak ini.
Tak hanya itu, lelaki kelahiran Surabaya tersebut juga menggunakan konsep zero waste management untuk mengolah limbah padat. Ia mengatakan, langkah utama yang harus diterapkan adalah pemilahan dan upcycling. Untuk itu, Arseto memanfaatkan agen biokonversi berupa larva black soldier fly (BSF) yang mampu mengurai materi sampah organik menjadi protein. “Nantinya, protein yang terkandung dalam larva BSF dapat menjadi pakan ternak atau kompos,” ujarnya.
Pengabdian Arseto dalam meneliti pengolahan dan pemulihan limbah ia kembangkan selama bertahun-tahun. Ia masih terus memodifikasi material yang tersedia di Indonesia agar kualitas pengolahanya bisa sebaik material yang ia pelajari di Australia. Misalnya, karbon lokal yang melalui proses treatment ternyata mampu menjadi elektroda pada pengolahan lindi. “Itu adalah awalan yang cukup baik dengan harga investasi yang jauh lebih murah,” bangganya.
Melalui amanah gelar baru yang ia peroleh, Arseto berharap dapat terus berkontribusi dan memberikan manfaat. Profesor termuda yang dikukuhkan pada 2 November lalu ini yakin bahwa pengolahan dan pemulihan limbah menempati peran dalam menciptakan interaksi berkelanjutan antara alam dan manusia. “Melalui karya dan inovasi, mari bersama-sama kita bawa bangsa ini menuju kemandirian teknologi berwawasan lingkungan,” ajaknya.