Target Pertumbuhan Kredit Tahun Ini Dipatok 9%-11%
JAKARTA | halojatim.com - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengumumkan target pertumbuhan kredit untuk 2024 berada kisaran antara 9% hingga 11% secara tahunan (year-on-year/yoy). Keputusan ini didukung oleh proyeksi kenaikan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 6% hingga 8% yoy,
Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, menyatakan optimisme terhadap tren positif di sektor keuangan pada tahun 2024. Target penyaluran kredit ini dikatakan Mahendra didukung oleh proyeksi kenaikan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 6%-8% yoy.
Pernyataan ini disampaikannya dalam Pertemuan Tahunan Industri Keuangan Jasa Keuangan (PTIJK) pada Selasa (20/02/2024). "Kredit ditargetkan (tumbuh) mencapai 9%-11%,” ujar Mahendra.
Mahendra Siregar mengindikasikan keyakinan tersebut juga didasarkan pada dukungan permodalan yang kuat dari pihak bank. Pada Desember 2023, rasio permodalan sektor perbankan mencapai 27,65%, angka yang jauh melampaui rasio permodalan di negara-negara kawasan sekitarnya.
Perkembangan kredit perbankan sepanjang tahun 2023, seperti yang dicatat oleh Bank Indonesia, menunjukkan pertumbuhan sebesar 10,38% yoy.
Angka ini berada di kisaran atas perkiraan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Melalui informasi tersebut, dapat diidentifikasi bahwa Bank Indonesia sebelumnya menargetkan pertumbuhan kredit antara 9%-11% yoy pada tahun 2023.
Secara sektoral, sejumlah sektor seperti pengangkutan jasa, perdagangan, serta listrik dan gas air menjadi pendorong utama pertumbuhan kredit pada tahun sebelumnya.
Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank menunjukkan kenaikan sebesar 3,8% yoy, mencapai total Rp8.234,2 triliun.
Mahendra menekankan bahwa untuk mencapai target yang ditetapkan, diperlukan kerja sama yang sinergis antara Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pemerintah, otoritas moneter, pelaku usaha, dan masyarakat.
Pada tahun 2023, terjadi pertumbuhan kinerja kredit perbankan dengan angka pertumbuhan mencapai dua digit. Mahendra optimistis terkait kondisi industri keuangan yang tetap terkendali meskipun dihadapkan dengan berbagai tantangan.
Menurutnya, pada tahun 2024, perekonomian dunia dimulai dengan suasana optimisme di pasar. Namun, ia juga mengingatkan adanya risiko negatif seperti biaya pinjaman yang meningkat, beban utang, penurunan permintaan, dan perbedaan kondisi ekonomi antar negara di dunia.
Mahendra menyoroti perlunya kewaspadaan dan penanganan secara bijak terhadap risiko-risiko tersebut. Dengan demikian, langkah-langkah strategis dapat diambil untuk menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi. Pemahaman mendalam terhadap kondisi ekonomi global dan faktor-faktor risiko menjadi kunci untuk menghadapi dinamika pasar yang mungkin terjadi.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Idham Nur Indrajaya pada 20 Feb 2024