TAK SEHARUSNYA JATIM LANGKA MINYAK GORENG

Andri - Minggu, 20 Februari 2022 07:50 WIB
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa saat melakukan operasi pasar di Pacitan

PACITAN I halojatim - Operasi pasar minyak goreng bukan hanya dilakukan di Surabaya. Tapi itu juga merambah hingga ke Pacitan.

Bahkan yang melakukan langsung adalah Gubernur Khofifah Indar Parawansa. "Ini pekerjaan rumah yang harus diselesaikan bersama-sama seluruh bupati/walikota se-Jatim dalam melakukan operasi pasar untuk meringankan daya beli masyarakat," kata Khofifah kepada wartawan.

Selain menggelar operasi pasar minyak goreng, kegiatan itu juga dimanfaatkan untuk menyalurkan zakat produktif untuk usaha ultra mikro di Pacitan. Khofifah mengatakan kegiatan itu bisa menstimulasi stabilitas suplai minyak goreng, sekaligus memberi kemudahan dan meringankan daya beli bagi masyarakat.

Dia mengatakan, program operasi pasar murah digelar dengan tujuan bisa mengatasi kelangkaan minyak goreng di pasaran. Dalam kegiatan itu, Disperindag Provinsi Jatim menyediakan sekitar 4 ribu liter minyak goreng. Setiap warga yang mengantre sesuai kupon yang disediakan berhak membeli maksimal dua liter minyak goreng seharga Rp25 ribu.

"Ada subsidi harga dari Pemprov Jatim, selain harga yang sudah terstandar Rp14 ribu per liter untuk kemasan premium. Kami menjual dua liter seharga Rp25 ribu. Harapannya adalah dapat membantu meringankan beban masyarakat apalagi bersamaan dengan HUT ke-277 Kabupaten Pacitan yang jatuh pada 19 Februari ini," kata Khofifah.

Kelangkaan minyak goreng, katanya, seharusnya tidak terjadi. Itu karena total produksi pabrik minyak goreng selama ini untuk Jatim mencapai 63 ribu ton per bulan.

Dari total kebutuhan minyak goreng, sebanyak 59 ribu ton per bulannya. Artinya, seharusnya terdapat surplus sebesar 4 ribu ton setiap bulannya.

Khofifah mengaku telah berkoordinasi bersama Pangdam V/Brawijaya serta Kapolda Jatim untuk melakukan sidak ke pabrik-pabrik minyak goreng.

Hasilnya, diduga ada persoalan dalam pendistribusian minyak goreng dari hulu ke hilir, karena pabrik menyatakan tidak pernah mengurangi jumlah produksi. Tetapi faktanya di lapangan terjadi kelangkaan. (*)

RELATED NEWS