Skrining Jantung Bawaan, RSTKA akan Berlayar ke NTB dan NTT
SURABAYA | halojatim.com - Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga (RSTKA) kembali mengarungi samudera.
Tim berangkat menuju dua provinsi yakni Nusa Tenggara Barat dan Timur mulai Rabu (10/5/2023) hingga akhir Desember 2023.
Di dua daerah itu akan menyasar 32 kabupaten dengan melibatkan dokter umum, dokter yang menempuh Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) dan dokter spesialis staf pengajar dari Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair).
BACA JUGA :
- https://halojatim.com/read/perjanjian-pra-nikah-bukan-bentuk-keraguan-pasangan
- https://halojatim.com/read/who-cabut-status-darurat-covid-19
- https://halojatim.com/read/ada-alat-dan-layanan-khusus-6-peserta-disabilitas-ikut-utbk-di-unesa
Direktur RSTKA, dr Agus Harianto mengatakan di dua provinsi itu, tim akan melakukan skrining penyakit jantung bawaan.
"Dari data yang kami peroleh, sangat banyak penderita jantung bawaan di daerah itu, makanya kita fokus skrining agar bisa diketahui tingkatan penyakitnya," ujarnya usai bertemu Dekan FK Unair, Rabu (10/5/2023).
Dengan skrining, nantinya memang akan bisa dengan segera memberikan penanganan pada pasien. Karena pasien dengan kondisi jantung bawaan, penanganannya hanya ada dua yakni dengan obat-obatan dan jika sudah parah dengan operasi.
"Kalau memang harus operasi bisa dengan segera dirujuk ke RSU dr Soetomo. Karena di rumah sakit itu pelayanan jantung sudah sangat canggih," jelas dr Agus.
Dengan penanganan yang tepat, diharapkan kualitas generasi bangsa ini bisa meningkat pula. "Karena anak-anak dengan jantung bawaan akan mengalami keterlambatan perkembangan fisiknya dan itu akan berpengaruh pada kualitas masa depannya," tandas dr Agus.
Prof Bus, panggilan akrab Dekan FK Unair mengaku mendukung penuh apa yang dilakukan dan menjadi misi RSTKA. "Kita akan support sumber daya manusia (SDM)-nya. Baik PPDS yang tingkat akhir juga dokter spesialis yang kita miliki," tukasnya.
Selain skrining jantung bawaan, tim akan melakukan edukasi terkait stunting dan pencegahan kematian ibu dan bayi.
Misi RSTKA ke dua provinsi itu adalah misi pertama di 2023 ini. Untuk bisa menyelesaikan misi hingga akhir 2023 ini, RSTKA membutuhkan dana sekitar Rp 11 miliar. Tapi hingga kini dana yang didapat baru Rp 2 miliar.