PERTUMBUHAN EKONOMI SURABAYA LEBIH TINGGI DARI JATIM DAN NASIONAL
SURABAYA I halojatim.com - Ekonomi di Kota Surabaya pada 2022 tumbuh. Capaiannya 7,17 persen dan itu lebih tinggi dari Jatim dan Nasional.
Program ekonomi kerakyatan berupa padat karya ini menjadi kunci utama keberhasilan Surabaya dalam membangkitkan ekonomi yang sempat terpuruk di masa pandemi Covid-19.
Pada tahun 2020, pertumbuhan ekonomi terpuruk dan minus di angka -4,85 persen, kemudian meningkat tajam di tahun 2021 hingga mencapai 4,29 persen atau meningkat sekitar 8 persen. Selanjutnya, di tahun 2022 naik lagi ke angka 7,17 persen atau naik sekitar 3 persen.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyebut keberhasilan tersebut tidak lepas dari adanya sinergi kuat yang dibangun bersama semua oleh pemangku kebijakan di Kota Pahlawan melalui program ekonomi kerakyatan. Hal ini terbukti bahwa program padat karya berhasil.
Selama beberapa tahun terakhir ini, Kota Surabaya sudah menerapkan program ekonomi kerakyatan, yang mana semua kebutuhan di Surabaya dipenuhi oleh usaha mikro kecil menengah (UMKM) dan toko kelontong yang tersebar di berbagai penjuru kota.
Semua kebutuhan batik dan seragam dari aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya hingga pelajar sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah pertama (SMP) memakai produk buatan UMKM Surabaya.
Saat ini, Pemkot Surabaya juga memanfaatkan platform digital dengan membuat e-commerce pemerintahan pertama di Indonesia, yaitu e-Peken Surabaya. Pada aplikasi tersebut ada sekitar 500 pedagang toko kelontong yang menyediakan berbagai kebutuhan pokok.
Konsumen tetapnya adalah para ASN Pemkot Surabaya yang diwajibkan membeli semua kebutuhan pokoknya dari aplikasi e-Peken tersebut. Bahkan, kini e-Peken itu juga sudah dibuka untuk publik, sehingga semua orang bisa ikut berbelanja di e-commerce tersebut.
Selain e-Peken, Pemkot Surabaya juga terus mengembangkan program padat karya yang di sebar di seluruh kecamatan di Kota Surabaya. Padat karya ini berbeda-beda di setiap kecamatan tergantung potensinya di setiap wilayah.
Padat karya ini banyak memanfaatkan lahan tidur atau lahan Bekas Tanah Kas Desa (BTKD) di setiap kecamatan, total sudah ada 20 rumah padat karya yang diresmikan, dan dalam waktu dekat ada 14 rumah padat karya yang bakal diresmikan.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, mengatakan, Padat Karya hadir untuk memancing masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) Surabaya agar mau bekerja dan berusaha.
Ketika sudah bekerja, dipastikan mereka mendapatkan pendapatan yang layak, yakni sebesar Rp2 juta hingga Rp3 juta per bulan. Bahkan, padat karya yang paving dan jahit sudah ada yang mendapatkan pendapatan sampai Rp6 juta perbulan. (*)