Perempuan HKTI Akan Dampingi Petani di Lamongan Pasca Panen
SURABAYA | halojatim.com - Perempuan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Lamongan memiliki prioritas meningkatkan nilai tambah hasil pertanian, perkebunan dan perikanan. Upaya ini dilakukan agar kesejahteraan petani dan nelayan bisa terangkat.
Ketua Perempuan HKTI Lamongan Reni Setiawati mengungkapkan saat ini Perempuan HKTI Lamongan mencoba menggali potensi produk hasil panen.
"Program pertanian HKTI Lamongan saat ini fokus pada produktivitas dan pemasaran paska panen. Bagaimana caranya hasil panen bisa meningkat nilai ekonominya. Tentunya komoditas tersebut harus menjadi salah satu produk yang berdaya saing dan memiliki nilai ekonomis tinggi sehingga akan terwujud kemandirian ekonomi untuk petani," ujar Reni Setiawati.
Baca Juga :
- https://halojatim.com/read/hasil-transaksi-tak-langsung-gelaran-inagro-expo-2022-capai-rp-10-miliar
- https://halojatim.com/read/wali-kota-kukuhkan-99-anggota-paskibraka
- https://halojatim.com/read/satu-keluarga-sandang-gelar-doktor-ilmu-hukum-unair-raih-rekor-muri
Peningkatan nilai tambah produk pertanian ini menjadi sangat penting di Kabupaten Lamongan karena potensi sektor agro-nya sangat tinggi. Bahan baku agro di Lamongan berlimpah, mulai dari pertanian pangan dan hortikultura, perikanan hingga perkebunan.
"Potensi pertanian di Lamongan sangat besar, utamanya di komoditas pertanian pangan dan kelautan," ungkapnya.
Untuk komoditas pertanian pangan misalnya, pada tahun 2021 produksi beras di Lamongan adalah yang tertinggi di Jawa Timur, mencapai 792.667 ton per tahun. Sedangkan produksi jagung mencapai 368.518 ton per tahun dan produksi kedelai mencapai 7.952 ton per tahun.Tetapi selama ini, hasil panen tersebut langsung dijual ke luar dalam volume besar dan tidak dikemas dengan branding yang bagus.
"Selama ini, komoditas beras yang dihasilkan langsung dijual ke luar dalam tonase tanpa merek, tanpa branding produk. Seandainya produk itu diperbaiki, dikurasi dan dipenuhi legalitasnya, pasti bisa masuk ke toko modern. Karena di toko modern kan juga ada beras kemasan. Harapan kami Lamongan juga melakukan hal itu," ujar Reni yang saat ini juga menjabat sebagai Ketua Komite Bidang Pemberdayaan UMKM dan Pedagang Pasar Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kabupaten Lamongan tersebut.
Untuk itu, Perempuan HKTI Kabupaten Lamongan berupaya membantu membranding produk meraka dengan memunculkan brand dari Lamongan yang dilengkapi dengan legalitas dan sertifikasi halal.
"Dan Alhamdulillah sekarang sudah mulai bergerak, dibantu Bupati Lamongan, kami berupaya membranding beras dari Lamongan. Saat ini ada sekitar 15 jenis produk beras dari Lamongan yang sudah ada merek dan legalitasnya hingga bisa masuk ke toko modern di Lamongan, salah satunya beras merek Dua Paus," ungkapnya panjang lebar.
Selain itu, Perempuan HKTI Lamongan juga berupaya melakukan diversifikasi produk dari turunan padi, yaitu pengolahan bekatul atau ampas padi untuk dijadikan minyak.
"Sudah ada survei dari salah satu perusahaan Rice Bran Oil dari Jepang, mereka membutuhkan limbah padi atau bekatul untuk memenuhi kuota 150 ton per hari karena dalam bekatul, 30 persen mengandung CPO. Tentunya dengan teknologi mereka. Sebenarnya kami sudah pernah mencoba membuat rice bran oil sendiri dengan cara konvensional, tetapi produktivitas dan kapasitasnya sangat kecil. Nah, dengan perusahaan dari Jepang ini kami juga ingin ada transformasi teknologi dan keilmuan," ungkap Reni.
Selain pengolahan pasca panen komoditas padi, Perempuan HKTI Lamongan juga berupaya membantu pengolahan komoditas hortikultura, diantaranya cabe dan tomat. Cabe dan tomat diolah menjadi pasta cabe atau tomat untuk memenuhi permintaan dari Batam dan Halmahera.
"Kami bantu inovasi produk, setelah itu legalitas, kurasi mutu dan kita juga bantu kurasi kemasan agar layak masuk ke toko modern. Tentunya sesuai dengan prosedur yang diminta seperti sertifikasi halal, kami sudah menfasilitasi 300 UMKM ke Kemenag untuk mendapatkan sertifikat halal dan ke Dinas Kesehatan untuk mendapatkan P.IRT, baru kita bantu kemas produk sesuai dengan yang diinginkan toko modern. Sehingga nilai ekonomis produk yang mereka hasilkan naik," tandasnya.
Untuk sektor perikanan, saat ini Perempuan HKTI Lamongan tengah berupaya memperbaiki sentra olahan ikan. "Sudah ada tetapi belum maksimal, masih perlu perbaikan lagi, khususnya standarisasi produk. Kemarin ada permintaan krupuk dari Batam dan Tuban. Permintaannya kan krupuk harus standar, kualitas harus sama. Sementara kalau kita menyamakan hasil produksi masing-masing UMKM krupuk masih belum bisa, sehingga kami membutuhkan pendampingan dan dukungan peralatan dari pemerintah," kata ya.
Sentra olahan komoditas perikanan ini ada di desa Konang Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan. Disana ada sekitar 20 UMKM krupuk yang tergabung dalam UKK Barokah. Produksi krupuk di sana mencapai 50 kg per hari per UMKM atau sekitar 1 ton per hari. Sehingga dalam satu bulan seluruh UMKM di desa tersebut bisa menghasilkan sekitar 30 ton krupuk ikan. "Kami sudah melakukan pembinaan dan pelatihan dan juga berupaya membantu legalitas," pungkasnya.