Pentingnya Energi dalam Memajukan Perekonomian Indonesia

Asih - Jumat, 18 November 2022 04:34 WIB
Manajer Kawasan Science Techno Park (KST) Klaster Otomotif ITS Bambang Sudarmanta saat memaparkan tentang Energy Outlook 2023, Kamis (17/11/2022).

SURABAYA | halojatim.com - Adaptif terhadap perkembangan zaman, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus berupaya memberikan solusi terhadap segala permasalahan bangsa Indonesia, terutama energi dan perekonomian.

Terkait hal tersebut, ITS gelar diskusi antara pebisnis, akademisi dan perwakilan pemerintah tentang peran energi yang dapat memajukan perekonomian Indonesia, terutama pada industri kecil menengah (IKM) di Sheraton Surabaya Hotel & Towers, Kamis (17/11/2022).

Kepala Pusat Kajian Kebijakan Publik Bisnis dan Industri (PKKPBI) ITS Arman Hakim Nasution menjelaskan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dapat digerakkan oleh kemampuan yang juga berkualitas dari industri suatu negara.

Karena industri merupakan sektor riil yang menyerap tenaga kerja yang masif, memberikan nilai tambah, dan meratakan Perpetual Credit Income (PCI) secara riil.

Arman pun memaparkan permintaan energi secara keseluruhan akan diperkirakan tumbuh rata-rata sebesar 5,6 persen per tahun. Ia menambahkan, dengan adanya pertumbuhan tersebut, pada 2030 diprediksikan permintaan akan didominasi oleh sektor industri sebesar 49 persen. “Prediksi ini didukung dan bersumber dari Studi Indonesia Energi Outlook periode 2010-2030,” paparnya.

Manajer Kawasan Science Techno Park (KST) Klaster Otomotif ITS Bambang Sudarmanta mengatakan dibutuhkan pengelolaan energi yang baik untuk bisa mewujudkan kedaulatan energi.

Diharapkan nantinya Indonesia memiliki kemampuan untuk mengendalikan sumber daya, harga dan distribusi energi. “Sesuai dengan pemaparan yang disampaikan Pak Arman tadi, konsumsi energi pada bidang industri mencapai 50 hingga 60 persen,” ucapnya.

Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Satya Widya Yudha di kesempatan yang sama mengatakn Indonesia memiliki energi baru terbarukan (EBT) yang beragam. Namun ironisnya, berdasarkan data dari DEN, Indonesia masih belum bisa memanfaatkan EBT secara optimal. “Energi kita banyak sebenarnya, mulai dari minyak bumi, batubara, gas bumi, hingga energi-energi lainnya,” ungkapnya.

Karena itu, untuk bisa mencapai perekonomian Indonesia yang optimal, Arman berharap kolaborasi antara pebisnis, akademisi, dan pemerintah dapat menghasilkan sinergi yang baik.

Dalam hal ini, pemerintah berperan sebagai pemberi kebijakan dan insentif yang optimal, akademisi sebagai kontributor secara ilmiah, dan pebisnis sebagai kontributor dalam ilmu praktik.

“Jangan hanya berhenti di sini. Semoga sinergi kita bisa lebih kuat daripada yang sebelumnya,” tandas Arman.

Editor: Asih

RELATED NEWS