Pengusaha Harus Paham tentang Investasi Lestari untuk Masa Depan

Asih - Jumat, 16 September 2022 19:04 WIB
M. Ali Affandi, ketua kadin Surabaya. Saat memberikan sambutan pada acara Gala Dinner bersama delegasi B20 yang digelar di Balai Pemuda Surabaya, Kamis (15/9/2022) malam.

SURABAYA | halojatim.com - Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kota Surabaya M. Ali Affandi menegaskan pentingnya pemahaman pengusaha tentang "Investasi Lestari".

Ini menjadi salah satu isu besar yang diangkat dalam perhelatan akbar "B20 Side Event" dengan tema "Global Value Chain and Sustainable Supply Chain: Capacity and Connectivity" yang digelar di Surabaya mulaii Kamis (15/9/2022) hingga Sabtu (17/9/2022).

Ali Affandi yang akrab disapa dengan Andi tersebut mengungkapkan, bahwa tren investasi saat ini mengarah pada investasi yang berkelanjutan atau investasi lestari. Tren tersebut lahir karena semakin banyak investor yang peduli pada tantangan keberlanjutan yang dihadapi dunia saat ini.

Di antaranya adalah dampak perubahan iklim serta persoalan lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan. Mereka mulai menaruh perhatian pada dampak yang lebih luas yang ditimbulkan dari investasi yang ditanamkan.

"Investasi lestari adalah investasi masa depan. Karena dalam berinvestasi, pengusaha tidak hanya melihat keuntungan yang didapatkan tetapi juga tentang dampak positif apa yang ditimbulkan dari investasi tersebut terhadap lingkungan, dan sosial kemasyarakatan, " tegas Andi, Kamis (15/9/2022) malam.

Pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua Komite Tetap Akses Industri Internasional Kadin Indonesia Lishia Erza menambahkan, beberapa tahun yang lalu, orang lebih sering mendengar tentang teknologi, sementara Investasi Lestari sangat jarang diangkat secara global.

"Padahal aset dunia itu triliunan dolar, tidak hanya rupiah untuk investasi lestari sehingga pada tahun ini dalam kegiatan G20 Indonesia, seluruh agendanya diarahkan pada bagaimana kita melakukan pemulihan pokok ekonomi harus juga memperhatikan aspek kelestariannya. Apalagi Indonesia punya berbagai macam kekayaan alam, mulai dari hutan hingga lautan," ungkap Lishia Erza.

Berdasarkan data Global Sustainable Investment Alliance, investasi berkelanjutan di lima pasar utama (Eropa, Amerika Serikat, Jepang, Kanada, serta Australia & Selandia Baru) pada awal 2020 telah mencapai USD 35,3 triliun.

Angka ini meningkat 15 persen dibandingkan dua tahun sebelumnya. Dalam laporan ini, investasi berkelanjutan merupakan investasi yang mempertimbangkan faktor lingkungan, sosial, dan tata kelola (LST), atau dikenal juga dengan environmental, social, and governance (ESG) dalam pemilihan dan pengelolaan portofolio investasi berkelanjutan.

Kriteria LST tersebut menjadi strategi investasi berkelanjutan yang paling umum, diikuti oleh penyaringan investasi negatif (seperti senjata atau tembakau), keterlibatan perusahaan dan tindakan pemegang saham, investasi berbasis norma (UN, ILO, OECD, NGO), serta investasi bertema keberlanjutan (pertanian berkelanjutan, bangunan hijau, portofolio rendah karbon, kesetaraan jender, keragaman).

Karena itu, salah satu pokok pikiran yang diangkat dalam Side Event B20 di Surabaya Jawa Timur ini adalah bagaimana pengusaha Jatim, Surabaya, dan Indonesia secara luas bisa menjadi bagian dari rantai pasok global. Adapun salah satu fokus yang diangkat adalah bagaimana UKM bisa mendapatkan manfaat.

"Ada dua kegiatan yang melibatkan UKM, yang pertama adalah memberikan pemahaman dan kompetensi bisnis lestari kepada 1.293 UKM. Di Minggu ini juga ada 30 UKM lagi yang khusus diikutkan dalam B20 ini dengan skill baru. Kemudian ada satu kegiatan lagi di Minggu ini adalah melatih 30 UKM agar bisa mendapatken investasi yang investornya peduli dengan pelestarian lingkungan," tambahnya.

Lebih lanjut Lishia mengungkapkan, saat ini gerakan dunia untuk ekonomi adalah semua bisnis harus paham tentang aspek lestasi yang terdiri dari tiga hal. Pertama kelestarian ekonomi, kelestarian secara sosial, dan kelestarian dalam tata kelola. Bagaimana kita memiliki tata kelola usaha yang baik supaya berkembang bisa maju lagi," terangnya.

Karena itu di Kadin Indonesia, agenda seluruh komite, baik Komite Perindustrian maupun Komite Lingkungan Hidup bermuara pada bagaimana bisnis di Indonesia bisa bersaing secara global. Karena tuntutan bisnis lestari semakin tinggi serta pasar juga semakin besar. Bagaimana usaha tradisional di Indonesia ini ketinggalan, padahal jaman sudah berubah ke lestari.

"Sehingga ada beberapa program yang mengacu pada isu investasi lestari, salah satunya adalah Kadin Clouse Book, bagaimana perusahaan yang sudah besar bisa menerapkan proses prinsip inklusi, di mana mereka juga membina usaha yang lebih kecil seperti UKM, baik sebagai supplier maupun distributor," ujarnya.

Kadin Indonesia saat ini juga tengah membuat jaringan trading house di 8 negara supaya pengusaha Indonesia bisa mendapatkan informasi pasar target di Australia, Inggris, Eropa, dan Amerika. "Apa yang mereka butuhkan dan standar apa yang harus dipenuhi. Kalau seperti itu maka kita akan lebih mudah menyasar target pasar tersebut," pungkasnya.

Editor: Asih

RELATED NEWS