Mengenal GeNose, Hidung Elektronik Karya Professor UGM, Bisa Deteksi Penyakit
Halojatim.com- GeNose sempat populer digunakan di awal-awal pandemi Covid-19 sebagai alat pendeteksi virus.
Penggunaan yang sederhana memudahkan masyarakat menggunakannya.
Namun seiring waktu penggunaan GeNose mulai ditinggalkan dan diganti dengan pemeriksaan atau pendeteksian virus dengan cara lain.
- Penonton MotoGP Mandalika Capai 102 Ribu Orang, Diklaim Dorong Pertumbuhan Ekonomi Nasional
- Perempuan dan Anak Jadi Korban Kekerasan di Surabaya, Lapor Lewat Aplikasi Ini
- McDonald's Sumbang Makanan Gratis Bagi Pasukan Israel dan Warga Sipil, Beri Diskon 50 Persen
Lalu seperti apa GeNose kini?
Profesor Kuwat Triyana, seorang Guru Besar dalam Bidang Ilmu Fisika di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Gadjah Mada (UGM), telah mengembangkan inovasi teknologi sensor gas berbasis kecerdasan buatan telah.
Di tengah pandemi dan tantangan seputar deteksi COVID-19, inovasi hidung elektronik yang dikenal dengan GeNose muncul sebagai solusi yang menjanjikan sebagai langkah menanggulangi Covid 19.
Dilansir dari ugm.ac.id, Senin, 16 Oktober 2023, GeNose, atau GeNose C19, adalah sensor gas yang telah mendapat perhatian luas karena kemampuannya mendeteksi COVID-19 melalui bau napas seseorang.
Meskipun sensor gas berbasis kecerdasan buatan menawarkan potensi besar dalam deteksi dini penyakit dan berbagai keperluan lainnya, pengembangannya tidak lepas dari berbagai tantangan. Tantangan-tantangan ini termasuk meningkatkan selektivitas sensor (kemampuan untuk membedakan berbagai gas), sensitivitas (kemampuan untuk mendeteksi konsentrasi gas yang rendah), respons dan waktu pemulihan sensor, stabilitas jangka panjang, serta pergeseran proses penuaan yang bisa memengaruhi akurasi deteksi.
Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, para peneliti mengadopsi berbagai pendekatan inovatif seperti penggunaan material baru, teknologi nano, dan penerapan teknik machine learning. Hal ini adalah langkah-langkah penting untuk memastikan sensor gas dapat memberikan hasil yang akurat dan dapat diandalkan.
Selain pengembangan teknologi itu sendiri, Profesor Kuwat Triyana juga berbagi pengalaman dalam melegalisasi inovasinya. Langkah-langkah panjang termasuk uji profil, uji standar di Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Surabaya, uji diagnostik, hingga produksi massal telah dilalui untuk memastikan produk penemuan tersebut sesuai dengan regulasi di Indonesia.
Inovasi sensor gas berbasis kecerdasan buatan seperti GeNose membuka pintu untuk berbagai aplikasi, termasuk pemantauan kesehatan, deteksi gas berbahaya, dan banyak lagi. perkembangan ini menunjukkan bahwa potensi teknologi ini sangat menjanjikan dan dapat memberikan dampak positif dalam berbagai aspek kehidupan kita.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhammad Imam Hatami pada 17 Oct 2023