Lumpur Lapindo Mengandung Rare Earth, Bahan untuk Mobil Listrik

Asih - Senin, 24 Januari 2022 13:09 WIB
Lumpur Lapindo mengandung Rare Earth yang menjadi salah satu bahan mobil listrik.

JAKARTA | halojatim.com - Luapan lumpur Lapindo sudah menenggelamkan 16 desa di Kabupaten Sidoarjo. Rumah warga dan pabrik-pabrik yang tenggelam itu memang sudah direlokasi dengan dana yang tidak sedikit.

Bahkan PT Minarak Lapindo Jaya yang dianggap menjadi penyebab semburan itu, tidak mampu lagi membiayai ganti rugi yang totalnya sebesar Rp 11 triliun hingga akhirnya meminta bantuan pemerintah.

Lumpur Lapindo yang menyembur pada 2006 lalu itu membuat nama Sidoarjo dikenal luas sekaligus membuat kawasan di sekitar turun harga karena dikaitkan dengan lokasi lumpur.

Bahkan perumahan-perumahan banyak yang tidak terjual akibat kekhawatiran terkena semburan lumpur walaupun jaraknya 10 kilometer dari pusat semburan. Tak heran waktu itu, harga rumah-rumah di Sidoarjo turun drastis.

Apalagi, masih sering terdengar kabar, semburan masih muncul di beberapa lokasi baru, bahkan tanggul penahan lumpur sering kali ambrol sehingga menganggu lokasi di sekitarnya.

Seiring waktu, Lumpur Lapindo mulai mereda. Lumpur Lapindo adem ayem. Korban-korban luapan tidak lagi demo menuntut ganti rugi. Sehingga kawasan di sekitarnya mulai bangkit dan yang lain juga mulai mengikuti.

Di tengah itu semua, ada kabar menggembirakan. Belum lama ini Badan Geologi Kementerian ESDM menyatakan ada kandungan rare earth di Lumpur Lapindo. Rare earth atau logam tanah jarang merupakan jenis logam yang tengah diburu dunia.

Harganya ratusan kali lipat dibanding harga batu bara, yakni USD178.378 atau Rp2,55 miliar per metrik ton, sementara harga batu bara USD200 per metrik ton.

Rare earth kabarnya memiliki sangat dibutuhkan sejumlah industri, terutama untuk industri mobil listrik . Richard Schodde, Minerals economist and Managing Director of MinEx Consulting, sebuah perusahaan konsultan pertambangan yang berbasis di Melbourne, Australia, pernah mengatakan satu mobil listrik membutuhkan sekitar 16 kilogram rare earth.

Ke depan kebutuhan akan mobil listrik akan semakin meningkat, seiring gerakan dunia yang ingin menekan emisi karbon. Schodde meramalkan, dalam 10 atau 20 tahun ke depan, setengah dari mobil baru yang dikeluarkan pabrikan merupakan mobil listrik.

Peningkatan produksi mobil listrik tecermin juga dari proyeksi kenaikan investasinya. AlixPartners, sebuah perusahaan konsultan yang bermarkas di Newyork, Amerika Serikat, memperkirakan investasi mobil listrik akan mencapai USD330 miliar atau lebih dari Rp4.700 triliun pada 2025.

Pada 2020 produsen otomotif global telah menghabiskan hampir USD225 miliar atau lebih dari Rp3.200 triliun. Tren mobil listrik itulah yang nantinya akan mengerek permintaan rare earth. Schodde menyatakan permintaan tahunan kolektif global untuk tanah jarang, dua tahun lalu kira-kira 170.000 ton.

Jika banyak negara berkeinginan memproduksi mobil listrik, kebutuhannya akan naik berlipat-lipat. Permintaan yang naik itu tentu saja akan membuat harga rare earth, untuk jenis tertentu, akan semakin meroket.

Dulu Bencana Sekarang jadi Berkah

Rare earth memang tidak mudah ditemukan di permukaan bumi. Ia berada di dalam bumi dan proses untuk mengolah logam-logam tersebut cukup rumit. Karenanya rare earth disebut logam tanah jarang.

Tidak semua wilayah di Indonesia memiliki logam tanah jarang bahkan di dunia. Dikutip dari Pusat Sumber Daya Geologi ESDM, logam tanah jarang sudah ditemukan sejak abad ke-18 dan banyakpeneliti berlomba-lomba menemukan jenis unsur logam yang terkandung di dalamnya.

Di dalam tanah jarang, menyimpan unsur yang sangat langka atau keterdapatannya sangat sedikit dan umumnya berupa senyawa kompleks fosfat dan karbonat. Seiring dengan perkembangan teknologi pengolahan material, unsur tanah jarang semakin dibutuhkan dan umumnya pada industri teknologi tinggi.

Di Indonesia mineral mengandung unsur tanah jarang terdapat sebagai mineral ikutan pada komoditas utama terutama emas dan timah aluvial yang mempunyai peluang untuk diusahakan sebagai produk sampingan yang dapat memberikan nilai tambah dari seluruh potensi bahan galian.

Potensi endapan emas aluvial tersebut relatif melimpah dapat dijumpai tersebar di sebagian pulau-pulau besar di Indonesia. Sedangkan pada Jalur Timah Asia Tenggara yang mengandung sebagian besar sumber daya timah dunia melewati wilayah Indonesia mulai dari Kepulauan Karimun, Singkep sampai Bangka dan Belitung. Daerah itu merupakan potensi strategis yang dapat memberikan kontribusi besar kepada pembangunan nasional.

Penggunaan logam tanah jarang sangat luas dan erat kaitannya dengan produk industri teknologi tinggi, seperti industri komputer, telekomunikasi, nuklir dan ruang angkasa. Di masa mendatang diperkirakan penggunaan tanah jarang akan meluas, terutama unsur tanah jarang tunggal, seperti neodymium, samarium, europium, gadolinium dan yttrium.

Editor: Asih

RELATED NEWS