Lima Ciri Overparenting yang Harus Dikenali

Asih - Minggu, 29 Mei 2022 17:50 WIB
Overparenting harus diwaspadai oleh para orang tua.

SURABAYA | halojatim.com - Pendidik Rumah Main Cikal, Naura Thifaldhia Chrissandi menyebutkan ada lima ciri yang patut dikenali dengan baik oleh para orang tua mengenai overparenting.

Pertama, Pengawasan Anak Berlebihan

Dalam ciri pertama, orang tua yang mulai memasuki zona overparenting akan terus-menerus mengawasi anak agar anak tidak terluka atau merasakan ketidaknyamanan.

“Hal ini dikarenakan orang tua merasa cemas yang berkelanjutan dan merasa tidak tenang apabila anak diharuskan untuk melakukan sesuatu secara mandiri.” ucap Pendidik yang merupakan Program Leader Rumah Main Cikal Bandung tingkat kakak-kakak bagi anak usia dini usia 2-3 tahun.

Kedua, Pengambilan Keputusan Dilakukan Sepihak oleh Orang Tua

Dalam hal ini, orang tua seringkali berupaya memastikan anak tidak mengambil keputusan yang salah dengan cara mengambil keputusan untuk anak secara sepihak. Di kondisi ini, orang tua akan memiliki asumsi, tahu segalanya, dan tahu pilihan terbaik bagi anak.

Baca Juga :

“Orang tua cenderung berasumsi bahwa dirinya mengetahui pilihan apa yang terbaik bagi anak, sehingga tidak memberikan kesempatan bagi anak untuk melakukan eksplorasi dan/atau mengambil keputusan secara mandiri.” jelasnya.

Ketiga, Terlalu Mengatur Anak untuk Segala Hal dalam Hidupnya

Memiliki kekhawatiran akan pemetaan minat bakat yang kurang sesuai tentu hadir dalam diri orang tua, namun, sayangnya, kekhawatiran itu menjadi permulaan akan keinginan orang tua terlibat dan mengatur keseluruhan aktivitas serta pengembangan diri anak.

“Dalam poin ketiga ini, kecenderungan orang tua yang overprotective dan overparenting akan terlalu mengatur anak atau dengan kata lain mengatur apa yang harus disukai atau tidak disukai oleh anak.” ucapnya.

Mengatur anak untuk mengikuti taekwondo demi mengikuti jejak Ayah, berlatih piano untuk menyamakan dengan anak lain menjadi beberapa contoh kejadian yang tentunya akan berakibat bagi ketidaknyamanan dan tekanan dalam tumbuh kembang dan kesehatan mental anak.

Keempat, Ketakutan Anak Mengalami Kegagalan dalam Proses Hidupnya

Memahami bahwa dalam hidup ada berbagai fase yang berjalan, termasuk bagi anak adalah hal yang seharusnya dimiliki oleh orang tua. Namun, sayangnya orang tua dengan karakter overprotective dan cenderung melakukan overparenting akan selalu merasakan ketakutan akan perjalanan anaknya sendiri.

“Orang tua dalam kondisi ini akan selalu merasa takut dan cemas apabila anak mengalami kegagalan, sehingga orang tua terlalu cepat membantu anak ketika anak mengalami kegagalan.” ungkapnya.

Kelima, Mengatur Cara Orang lain Memperlakukan Anak

Poin kelima yang menjadi ciri dari overparenting adalah terlalu mengatur bagaimana orang lain memperlakukan anak. Poin ini tentu berkaitan dengan poin lainnya, di mana kekhawatiran orang tua menjadi pemicu yang berlebihan akan setiap fase kehidupan anak. Terlalu banyak mengatur pun akan memantik banyak perdebatan di interaksi sosial umum, baik di antara guru, tetangga atau bahkan teman dari anak.

Setelah melihat dan memahami pengertian, tentu hal yang perlu diperhatikan adalah kemungkinan memiliki tendensi tersebut. Memahami bahwa keinginan orang tua selalu ingin memberikan terbaik bagi anak karena anak sangat berharga akan dapat memicu tanda-tanda overparenting tersebut.

Di sinilah peran orang tua dapat mengelola langkahnya, dan memberikan kepercayaan melalui kesepakatan bersama misalnya, atau memberikan ruang bagi anak untuk tetap bertumbuh dengan pengawasan yang sesuai dan tidak berlebihan agar anak tumbuh seutuhnya.

Editor: Asih

RELATED NEWS