Kandidat Calon Harus Putar Otak agar Menarik Pemilih Pemula di Pemilu 2024
SURABAYA | halojatim.com - Pemilihan umum (Pemilu) 2024 tidak akan lepas dari peran pemilih pemula atau yang berusia di atas 17 dan beru pertama kali memilih di Pemilu.
Fahrul Muzaqqi, dosen Ilmu Politik FISIP Unair mengatakan pemilih pemula merupakan salah satu bagian penting dalam proses pemilu.
Menurutnya, pemilih pemula masih berada pada tahap awal untuk mempraktikkan demokrasi, khususnya demokrasi elektoral.
Selain itu, pemilih pemula juga diketahui memegang peranan yang sangat besar dalam pemilu 2024, yakni sekitar 60 hingga 70 persen adalah pemilih pemula atau pemilih kedua.
BACA JUGA :
- https://halojatim.com/read/polres-malang-gojek-turut-membantu-dan-terus-koordinasi-terkait-kasus-tewasnya-mitra-driver
- https://halojatim.com/read/catat-kinerja-positif-tanrise-property-siapkan-rencana-lima-tahun-ke-depan
- https://halojatim.com/read/honda-civic-type-r-laku-keras-di-jawa-timur
Fahrul menggarisbawahi hal yang terpenting adalah bagaimana niat dan kepedulian para pemilih pemula terhadap pelaksanaan pemilu 2024. Dengan begitu, pemilih pemula ke depannya akan mampu memberikan angin segar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Lebih lanjut, Fahrul kembali menyampaikan bahwa minat dan perhatian para pemilih pemula merupakan sesuatu yang perlu diperhatikan oleh kandidat yang mencalonkan diri pada pemilu 2024.
Para kandidat harus memutar otak untuk menarik minat dan perhatian para pemilih pemula dengan menawarkan sesuatu yang menarik dalam hal positif.
Fahrul menyampaikan penyelenggaraan pemilu 2024 diharapkan dapat memberikan iklim yang sehat, utamanya tidak mengarah pada praktik SARA dan diskriminasi. Hal ini tentunya membutuhkan peran serta dari pihak lain, seperti media dan institusi pendidikan.
“Politik itu memang sesuatu yang tidak selalu sesuai dengan harapan. Namun, ketika kita tidak peduli dengan politik, justru kita yang dipolitisi. Maka, kepedulian kita sangat menentukan jalannya demokrasi. Jangan sampai kita hanya menjadi objek politik melainkan harus menjadi subjek politik,” ujarnya