IKRAR DAMAI 38 PERGURUAN PENCAK SILAT DI SURABAYA
SURABAYA I halojatim.com - Pertikaian antar perguruan silat di Kota Surabaya diharapkan tak terjadi. Sebanyak 38 perguruan silat dan komunitas bela diri deklarasi Surabaya damai saat peringatan Hari Sumpah Pemuda di Balai Kota Surabaya, Jumat.
"Deklarasi dari seluruh perguruan bela diri ini yang akan menjaga kota ini bersama," kata Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi.
Deklarasi Surabaya Damai ini dihadiri Ketua Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) dan 12 Ketua Cabang Olahraga Bela Diri, serta 30 Ketua Perguruan Silat se-Kota Pahlawan. Eri mengajak seluruh pemuda dan seluruh komunitas yang ada di Kota Pahlawan untuk menjadi bagian dalam pembangunan Kota Surabaya.
"Saya yakin, ketika pembangunan ini melibatkan semua pemuda maka kota ini akan menjadi kota yang sangat luar biasa. Kami mengajak semua para pemuda dan semua komunitas yang ada untuk membangun dan menjaga Kota Surabaya tercinta ini,” kata Eri.
Sementara itu, Ketua Harian IPSI Kota Surabaya Boyke Santoso mengatakan, pihaknya ingin memiliki wadah untuk mempersatukan seluruh perguruan bela diri maupun pencak silat di Kota Surabaya. Sebab, kata dia, pihaknya sangat prihatin dengan banyaknya kericuhan dan pertarungan yang kerap terjadi di jalanan akhir-akhir ini.
“Kami mohon perlindungan dan kerja sama dari Pemkot dan Forkopimda Surabaya. Kami butuh wadah untuk mempersatukan seluruh perguruan silat dan sinergi inilah yang kami mulai tepat saat Peringatan Hari Sumpah Pemuda,” kata Boyke.
Selanjutnya, kata dia, usai Deklarasi Surabaya Damai, pihaknya bersama dengan Pemkot Surabaya dan Forkopimda Kota Surabaya akan melakukan giat atau patroli secara rutin untuk mencegah perseteruan antarkelompok bela diri dan pencak silat, serta menangkal peredaran narkoba, hingga tawuran yang kerap menimbulkan keresahan bagi masyarakat.
"Kami akan kirab (patroli) sekaligus mengunjungi perguruan silat, bukan hanya menangkal kericuhan saja, tapi narkoba dan tawuran juga," kata dia.
Untuk itu, lanjut dia, pihaknya bekerja sama dengan Polrestabes Surabaya dan mensinyalir banyak kejadian (kericuhan) karena ejek-ejekan, saling unjuk diri bahwa dirinya paling hebat, atau bahkan anggota pencak silat yang sudah non aktif tapi masih merasa hebat, padahal dia sudah di luar pembinaan. (*)