Desa-desa di Jatim Serentak Gelar Malam Tirakatan, Ini Makna dan Asal Mulanya
Surabaya, Halojatim.com- Mayoritas desa-desa di Jawa Timur (Jatim), Jateng pada tanggal 16 Agustus malam menggelar tradisi yang disebut dengan malam tirakatan.
Dalam malam tirakatan ini warga desa membawa tumpeng atau nasi berkatan masing-masing di satu tempat yang ditentukan.
- Kekayaan Tiga Kepala Daerah Perempuan di Jawa Timur
- Anggaran Kenaikan Gaji ASN dan Pensiuna Rp52 Triliun
- PLN Nusantara Power Siagakan 3.251 Person di Perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia
Biasanya lokasi malam tirakatan berada di perempatan desa atau titik yang disepakati oleh warga.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian tirakatan adalah menahan hawa nafsu dengan cara berpuasa atau berpantang.
Namun secara umum, dikutip dari laman resmi Universitas Gadjah Mada, tradisi malam tirakatan dalam rangka memperingati hari kemerdekaan RI adalah tradisi rutin masyarakat yang dilaksanakan pada malam tujuh belas Agustus.
Sebagian besar masyarakat biasanya adalah masyarakat Jawa dan Jogjakarta baik di daerah perkotaan maupun di daerah pedesaan akan melaksanakan tradisi ini. Tradisi ini biasa dilaksanakan di tiap-tiap RT, desa atau kampung.
Sejarah Malam Tirakatan
Dikutip dari sumber yang sama malam tirakatan mulai dilakukan oleh masyarakat semenjak pasca kemerdekaan sebagai ekspresi rasa syukur atas kemerdekaan yang telah dicapai.
Sementara itu, jika dilihat dari kerangka budaya nenek moyang, upaya untuk menenangkan diri dan sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.
Apa yang Dilakukan Saat Tirakatan?
Pada malam tirakatan, para warga biasanya akan melaksanakan doa bersama untuk mengenang para pahlawan yang telah gugur di medan perang. Selain itu, malam tirakatan biasanya juga diisi dengan sambutan dari sesepuh atau tokoh setempat dilanjutkan dengan makan bersama serta ramah tamah.
Beberapa daerah terkadang juga mengadakan sholawatan serta pengajian, kemudian menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia raya dalam rangkaian susunan acara. Ada juga yang menggelar pertunjukan budaya seperti wayang atau pentas seni yang biasanya diikuti oleh para warga desa mulai dari anak-anak, karang taruna, hingga bapak-bapak dan ibu-ibu. ***
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Rumpi Rahayu pada 16 Aug 2023