BERHARAP ANGKA KEMISKINAN DI JATIM TURUN

Andri - Jumat, 11 Maret 2022 14:10 WIB
undefined

SURABAYA I halojatim.com - Jatim dapat perhatian Tim Nasional Percepatan Penanganan Kemiskinan (TNP2K). Mereka berharap angka kemiskinan di Jatim pada 2022 turun. Minimal satu digit dari 10,59 persen menjadi sekitar 9 persen.

"Tahun ini kami berharap angka kemiskinan di Jatim bisa turun lagi satu digit setelah survei BPS bulan ini," kata Sekretaris Eksekutif TNP2K Suprayoga Hadi.

Dalam kesempatan itu, pihaknya mengapresiasi upaya percepatan penanganan kemiskinan yang dilakukan Pemprov Jatim dalam tiga tahun terakhir. Kata Suprayoga, langkah yang sudah dilakukan oleh Provinsi Jatim dengan tagline "Optimis Jatim Bangkit" sudah bagus dan harapannya bisa diadopsi oleh daerah lain.

"Di Jatim kami apresiasi karena banyak inisiatif lokal didukung sumber daya manusia dalam percepatan penanganan kemiskinan. Bisa menjadi contoh daerah lain," kata Suprayoga.

Seperti diketahui, dalam indikator penurunan angka kemiskinan, Jatim mencatat rekor penurunan angka kemiskinan di tengah pandemi Covid-19.

Kepala Badan Pusat Statistik Jawa Timur Dadang Hardiawan menyebut tagline yang diangkat Gubernur Khofifah Indar Parawansa sangat relevan dengan capaian statistik angka penurunan kemiskinan dalam waktu beberapa tahun terakhir. Prestasi penurunan angka kemiskinan terjadi di perkotaan dan perdesaan pada periode Maret hingga September 2021.

Catatan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam periode tersebut memperlihatkan adanya penurunan angka kemiskinan sebesar 313,13 ribu jiwa atau merupakan yang tertinggi secara nasional. Kemudian, penurunan tersebut juga diikuti Jawa Barat sebesar 190,48 ribu jiwa, Jawa Tengah 175,74 ribu jiwa, Lampung 76,91 ribu jiwa, dan Sumatera Utara 70,79 ribu jiwa.

Data tersebut berhasil mengoreksi angka kemiskinan Jatim dari 4,57 juta jiwa (11,40 persen) menjadi 4,25 juta jiwa (10,59 persen) atau turun 0,81 persen.
Wakil Gubernur Jatim Emil Elistianto Dardak menyatakan diskusi digelar dalam rangka menyusun strategi. Tidak hanya untuk menangani kemiskinan, tetapi juga kemiskinan ekstrem.

"Karena itu akan dirumuskan bagaimana penanganan kemiskinan tidak hanya dengan bantuan sosial, namun juga dengan pendekatan pemberdayaan agar status kemiskinan ekstrem bisa dengan cepat berubah menjadi tidak miskin," kata Emil. (*)

Bagikan

RELATED NEWS