Peneliti PENS Buat Portable Ultrasound untuk Pemeriksaan Jantung
SURABAYA | halojatim.com - Tim peneliti bidang Biomedis Politeknik Elektronika Negeri Surabaya mengembangkan sebuah alat pemeriksaan jantung portable atau disebut portable ultrasound.
Peneliti yang diketuai Riyanto Sigit, bersama Tita Karlita dan dr. Taufiq Tidayat, Sp.A dari RS Unair serta 2 mahasiswa Moh. Johan dan Churun membuat alat ini untuk memudahkan melakukan pemeriksaan tanpa harus antre di rumah sakit.
“Kami melihat betapa panjangnya antrian di Rumah Sakit besar dalam melayani pasien, terutama pasien sakit Jantung. Selama ini untuk check jantung biasanya pasien yang harus datang ke ruangan khusus ultrasound. Nah, dalam kondisi tertentu misalnya pasti akan sulit dilakukan, seperti pasien kritis penyakit jantung,” terang Riyanto.
BACA JUGA :
- https://halojatim.com/read/gubernur-khofifah-dampingi-jokowi-tanam-padi-di-tuban
- https://halojatim.com/read/unesa-berikan-beasiswa-kepada-pemain-timnas-u-20
- https://halojatim.com/read/sudah-terjual-63-persen-tiket-ka-di-daop-8
Melihat luasnya wilayah Indonesia, tentunya tidak seluruhnya dapat tersentuh layanan kesehatan. Di pelosok tanah air bahkan, terkadang petugas kesehatanlah yang harus mendatangi suatu daerah untuk memberikan layanan kesehatan.
Menurut Riyanto, alat ini dapat menjadi solusi untuk layanan tersebut. Dibandingkan dengan ultrasound yang ada di Rumah Sakit, dimensi alat ini relatif lebih ringkas dan memungkinkan dibawa berpindah-pindah.
Tak hanya itu, alat ini mampu membantu memberikan diagnosa pada pasien dengan lebih presisi, mengingat biasanya dokter juga berbeda-beda dalam memberikan diagnosa pada pasien.
“Ini merupakan hal yang lumrah karena masing-masing dokter memiliki sudut pandang berbeda dalam memberikan diagnosa. Jadi alat ini sifatnya membantu memberikan gambaran kondisi jantung pasien,” lanjut Riyanto.
Cara bekerja Portable Ultrasound ini dimulai dari pemindaian area dada pasien menggunakan alat ultrasound. Pasca pemindaian, akan diperoleh data berupa video jantung yang diambil dari berbagai sudut pemeriksaan.
Portable ultrasound pun lantas melakukan pengiriman data melalui komunikasi wireless dengan smartphone. Berikutnya hasil video tersebut dikirimkan ke PC dengan komunikasi USB.
“Setelah data diterima akan dilakukan preprocessing dan segmentasi. Dan di tahap ini gambar atau citra yang bebas dari noise sangat dibutuhkan guna mempertajam kualitasnya,”kata Riyanto yang sudah mengantongi paten atas risetnya.
Hasil segmentasi yaitu diperoleh area kontur rongga jantung dengan tingkat akurasi rata-rata 86,6%, yang mana hasilnya akan digunakan untuk melakukan pelacakan jantung. Dengan hasil segmentasi yang cepat dan akurat maka akan memudahkan pengguna untuk mengobservasi kondisi jantungnya sendiri, apakah dalam kondisi normal atau tidak.
Dari sisi harga, selama ini per unit perangkat Ultrasound menyentuh kisaran Rp 1 hingga Rp 2 miliar. Karena harganya yang cukup tinggi, maka fasilitas ini biasanya tersedia di Rumah Sakit besar dengan intensitas pemakaian yang lumayan tinggi. Ini berbanding jauh dengan Portable Ultrasound, yang kisaran harganya lebih terjangkau, sekitar Rp 120 jutaan, namun berdaya jangkau lebih luas.
Ke depan Riyanto masih ingin mengembangkan beberapa riset biomedis yang berhubungan dengan deteksi jantung, terutama untuk mengembangan Portable Ultrasound. Salah satunya adalah akan melakukan perubahan packaging.
“Saya ingin mengubah dimensinya, menjadi seukuran kopor atau laptop,sehingga makin memudahkan layanan kepada pihak pasien maupun perawat yang bertugas. Dan tentunya dengan kapasitas gambar yang lebih baik lagi. Semoga semua bisa terwujud di tahun depan,” imbuhnya.