Pakar ITB Ungkap Pemukiman di Indonesia Tak Terencana dengan Matang, Akses Air Bersih hingga Kumuh
Halojatim.com– Kurangnya perencanaan yang matang dalam dalam pembangunan permukiman di Indonesia menyebabkan berbagai dampak buruk.
Kemacetan, kawasan kumuh, susahnya akses air bersih menjadi beberapa dampak yang ditimbulkan.
Perencanaan yang matang dan riset yang memadai bisa meminimalisir dampak buruk tersebut.
Hal ini seperti disampaikan Dosen dari Kelompok Keahlian Perumahan dan Permukiman SAPPK ITB, Dr. Ir. Agustinus Adib Abadi, M.Sc.
- Generasi Milenial Lebih sadar Investasi Emas Dibanding Gen X maupun Baby Boomer
- Benarkah Thomas Edison Penemu Lampu? Ternyat Ada Nama Ini Lebih Dulu
- BERMAIN 10 PEMAIN, PERSIK KALAH DI KANDANG
Menurut pakar dari ITB ini, dia menekankan pentingnya memandang permukiman berkelanjutan sebagai bagian integral dari sistem yang lebih luas, termasuk infrastruktur dan fasilitas yang mendukung kehidupan masyarakat.
Pembangunan permukiman di Indonesia sering kali terjadi secara tidak terencana menyebabkan munculnya masalah seperti kemacetan, kualitas infrastruktur yang buruk, dan timbulnya permukiman kumuh.
“Hal ini menyebabkan berbagai masalah sosial, termasuk polusi udara dan kesulitan akses ke pendidikan dan kesehatan,” ujar adib, dilansir itb.ac.id, Jumat 28 Juli 2023.
Kurangnya perencanaan yang matang dalam pembangunan permukiman di Indonesia telah menyebabkan banyak perumahan tidak memiliki akses yang memadai ke prasarana dan sarana publik yang sangat penting untuk kehidupan sehari-hari masyarakat. Salah satu permasalahan yang sering muncul adalah kurangnya akses transportasi yang baik dan akses ke air bersih juga menjadi tantangan serius.
Masalah lainnya adalah saluran pembuangan limbah yang kurang memadai. Banyak permukiman tidak memiliki sistem pembuangan yang baik, sehingga limbah cenderung menumpuk di lingkungan sekitar, menyebabkan masalah lingkungan dan kesehatan.
Ketidakmampuan mengelola limbah dengan baik juga meningkatkan risiko pencemaran lingkungan dan penyebaran penyakit. Tidak adanya akses ke prasarana dan sarana publik ini juga berdampak pada kualitas hidup penduduk di permukiman tersebut.
Adib mendorong peningkatan kegiatan penelitian, pengabdian masyarakat, dan kerja sama dengan pemerintah serta industri sebagai upaya efektif mencapai tujuan pembangunan permukiman yang berkelanjutan. ***
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhammad Imam Hatami pada 28 Jul 2023