Maraknya Dispensasi Nikah, Pakar : Pendidikan Seks Jangan Lagi Dianggap Tabu

Asih - Kamis, 19 Januari 2023 22:58 WIB
Guru besar Sosiologi Unair, Prof Bagong Suyanto.

SURABAYA | halojatim.com - Maraknya kasus dispensasi nikah di Jawa Timur tidak lepas dari perharian pakar sosiologi Universitas Airlangga, Prof Dr Bagong Suyanto.

Dari maraknya kasus itu, Bagong melihat pentingnya pendidikan seks bagi anak. Dikatakan Bagong, orang tua cenderung enggan dan tertutup jika anak membicarakan mengenai seksualitas.

“Anak itu kalau orang tua tidak mau memberi penjelasan mereka akan mencari sendiri. Ini bisa menyebabkan anak memahami seksualitas dengan cara yang salah,” katanya.

Persoalan dilematis menghinggapi pendidikan seks sehingga keberadaannya masih dianggap tabu oleh masyarakat.

Sehingga dibutuhkan sosok yang memiliki kompetensi untuk menyampaikan pendidikan seks kepada anak.

“Ini bisa membangun kedewasaan dan meningkatkan moralitas anak daripada mereka mencari sumber soal seksualitas yang seringkali salah,” katanya.

Bagong menyampaikan literasi kritis pada anak menjadi kunci dalam penanggulangan masalah ini. “Godaan cyber-porno tidak bisa diatasi dengan hanya memblokir konten pornografi tapi anak sendiri perlu dibekali daya tahan berupa literasi kritis,” katanya.

Selain kontrol dan pengawasan yang dilakukan orang tua, pembinaan hendaknya dilakukan agar anak memiliki kesadaran serta sikap kritis untuk menyikapi cyber-porno. “Tidak mungkin remaja diawasi orang tua dua puluh empat jam, ada masa dimana dia punya kebebasan sendiri,” tuturnya.

Orang tua perlu menyadari karakteristik anak masa kini, berbeda dengan generasi sebelumnya. Sehingga orang tua harus melakukan pendekatan yang berbeda pada anaknya.

“Dulu jam sembilan malam anak di rumah hati orang tua tenang. Sekarang anak jam enam malam belum keluar kamar harus curiga, apa yang dilakukan,” jelasnya.

Menurut Bagong, dibutuhkan pemahaman orang tua untuk senantiasa mendampingi dan membimbing anak. Membangun ketahanan anak bisa dilakukan melalui jalur agama serta membangun keluarga yang harmonis.

“Keluarga harmonis ini bertujuan agar energi anak tidak digunakan ke hal negatif tapi ke hal yang tidak kalah menarik tapi positif,” ujarnya.

Editor: Asih

RELATED NEWS