Hempas Sebagai Penyakit Keturunan dan Kutukan, Kusta Bisa Disembuhkan
SURABAYA | halojatim.com - Penyakit kusta atau lepra masih menjadi stigma sebagai penyakit keturunan dan kutukan.
Sehingga banyak pasien enggan berobat dan menyimpan penyakitnya itu agar tidak diketahui orang lain. Akibatnya, kecacatan pada tubuh pasien terjadi karena tidak diobati.
Padahal, penyakit ini bisa diobati. "Sekali pasien ini diobati, sudah bisa sembuh. Tidak perlu lama. Itu kalau ketahuan cepat ya, kalau sudah cacat, kecacatannya tidak bisa diobati tapi setidaknya tidak menambah kecacatan," kata Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia, Dr dr Yulianto Listiawan, SpKK.
BACA JUGA :
- https://halojatim.com/read/jagung-reog-234-hasil-inovasi-masyarakat-ponorogo-hasilkan-12-4-ton-per-hektar
- https://halojatim.com/read/ptpn-x-bedah-rumah-dan-perbaiki-jalan-di-sekitar-kebun-tembakau-jember
- https://halojatim.com/read/mahasiswa-its-suarakan-isu-food-waste-lewat-motion-comic
Kepala Departemen Penyakit Kulit Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga itu juga mengatakab kusta ini penyakit menular. Penularan melalui doplet penderita.
"Karenanya yang tertular itu orang-orang di sekitarnya. Penderita berinteraksi dengan orang di sekitarnya. Sehingga seringkali dianggap penyakit keturunan, padahal itu menular karena doplet," jelasnya.
Dari tertular, kata dr Yulianto, masa inkubasi penyakit ini bisa 10 hingga 20 tahun. Sehingga tidak disadari jika sudah tertular.
Padahal penyakit ini tanda-tandanya sudah bisa dideteksi. Misalnya kulit merah-merah namun tidak gatal. "Merah tapi tidak gatal itu karena jaringan syaraf di kulit sudah mati, mati rasa," tandasnya.
Karena itu, jika ada orang di sekitar sudah dideteksi menderita kusta, maka sesegera mungkin memeriksakan diri. Karena jika dideteksi, maka bisa diobati dan bisa sembuh.
"Diobati sekali saja itu sudah bisa sembuh. Karenanya jangan takut distigma macam-macam," ungkapnya.
Karena itu, Perdoski merasa perlu adanya edukasi pada masyarakat sehingga penyakit ini bisa diberantas agar kualitas sumber daya manusia Indonesia bisa meningkat.
Salah satu yang dilakukan Perdoski adalah mendatangi kampus-kampus kedokteran, agar pada calon dokter mulai peduli pada kasus kusta ini.
"Kepedulian harus dipupuk sejak dini. Sebelum adik-adik ini mengabdi jadi dokter mereka harus diedukasi agar peduli terhadap penyakit ini," tuturnya.
Hingga saat ini, kusta banyak terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Di daerah satu bisa nol kasus namun di daerah lain justru terjadi endemi.
Di Indonesia ada beberapa daerah yang sampai saat ini masih endemi. Begitupun dengan di Jawa Timur endemi kusta masih terjadi duli kawasan Madura dan Pantura.
Dari data yang dimiliki Perdoski, angka kusta di Indonesia masih tertinggi ketiga di dunia.