Didorong Industri Wisata, ASEAN Diprediksi Tumbuh 4,7 Persen, Indonesia Diuntungkan
Surabaya, Halojatim.com - Sejumlah pakar dan lembaga memprediksi jika negara negara di kawasan Asia Tenggara yang tergabung dalam Asean secara keseluruhan akan menunjukkan peningkatan dalam hal perekonomian.
Hal ini didorong banyak faktor, di antaranya adalah industri wisata yang akan terus bergeliat serta industri barang elektronik.
Kondisi ini juga akan menguntungkan Indonesia, terlebih industri pariwisata di Indonesia menjadi salahsatu yang terbaik di negara-negara kawasan.
- 69 Juta Orang Gunakan Pesawat saat Bepergian Sepanjang 2023, Dilayani AP I
- KONSUMSI ENERGI LISTRIK DI JATIM NAIK
- Menkeu Terbitkan Aturan Pembebasan PPN Impor Barang dan Jasa Hankam
- PLN Catat Penjualan Tenaga Listrik sebesar 41,8 GWh di Jawa Timur
Perekonomian ASEAN diprediksi mengalami pemulihan yang kuat dengan pertumbuhan sebesar 4,7% pada tahun 2024, menurut laporan terbaru dari DBS Macro Research.
Hal ini menyusul perlambatan pertumbuhan menjadi 4,2% pada tahun 2023. Pemulihan ekonomi ini dipicu oleh membaiknya siklus elektronik dan pulihnya sektor pariwisata di wilayah tersebut.
Dilansir Antara, 11 Januari 2024, DBS memproyeksikan bahwa sektor ekspor, khususnya dalam bidang elektronik, akan pulih pada tahun 2024. Sementara itu, pemulihan perjalanan internasional dan industri pariwisata diperkirakan akan berlanjut secara moderat seiring dengan membaiknya situasi global terkait pandemi.
Salah satu faktor kunci yang mempengaruhi kebijakan ekonomi di wilayah ini meliputi penurunan inflasi sepanjang tahun 2023, terutama pada sektor makanan dan bahan bakar.
DBS mencatat bahwa pengetatan serangkaian kebijakan moneter sebelumnya dianggap sebagai langkah yang membantu menjaga ekspektasi inflasi dan meredakan dampak gangguan pasokan.
Dalam konteks ini, faktor-faktor seperti inflasi domestik, stabilitas keuangan, dan prospek kebijakan global menjadi kunci dalam penentuan kebijakan ekonomi di ASEAN.
Meskipun adanya penurunan inflasi pada tahun 2023, DBS mengingatkan bahwa pentingnya tetap waspada terhadap perkembangan di pasar keuangan global yang dapat mempengaruhi prospek ekonomi regional.
DBS mencatat bahwa proyeksi mengenai dampak tertunda dari pengetatan moneter dapat memberikan dorongan signifikan terhadap perbaikan kondisi ekonomi di Indonesia dan Thailand.
Seiring dengan penahanan tekanan inflasi inti, kedua negara tersebut diharapkan dapat mengembalikan suku bunga riil yang kembali positif pada akhir tahun 2023. Pengetatan moneter ini diyakini akan berperan dalam menjaga ekspektasi inflasi, menciptakan stabilitas keuangan, dan meredakan potensi dampak negatif dari gangguan pasokan.
Indonesia, sebagai salah satu ekonomi terbesar di ASEAN, diperkirakan akan mendapatkan manfaat signifikan dari peningkatan suku bunga riil.
Langkah ini dapat membantu menjaga daya tarik investasi dan mengendalikan risiko inflasi dalam negeri. Sementara itu, Thailand, dengan sektor pariwisata yang penting bagi pertumbuhan ekonomi, dapat mengalami pemulihan yang lebih mantap dengan suku bunga riil yang kembali positif, menciptakan lingkungan yang lebih menguntungkan bagi sektor bisnis dan investasi.
Meskipun proyeksi ini memberikan optimisme terhadap pemulihan ekonomi, DBS juga menekankan pentingnya tetap berhati-hati terhadap dinamika global yang dapat memengaruhi implementasi kebijakan ekonomi dan menggoyahkan stabilitas regional.
Sebagai tambahan, DBS menggarisbawahi pentingnya keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, stabilitas keuangan, dan kebijakan moneter. ***
Tulisan ini telah tayang di sijori.id oleh Pratiwi pada 11 Jan 2024