SURABAYA | halojatim.com – Lima puluh persen penduduk dunia akan menggunakan kacamata sebagai alat bantu untuk melihat.

Hal itu akibat dari dampak era digitalisasi yang semakin berkembang akhir-akhir ini.

Menteri Kesehatan RI 2014 -2019, Prof Nila Djuwita Faried Anfasa Moeloek, mengatakan digitalisasi membuat kerja mata seseorang semakin keras.

Setiap hari, mata digunakan untuk menatap handphone, laptop, komputer dan perangkat elektronik lainnya.

BACA JUGA :

• https://halojatim.com/read/kadin-jatim-dampingi-smk-dan-kampus-pertanian-di-jatim
• https://halojatim.com/read/2022-penjualan-bmw-pecahkan-rekor-selama-21-tahun-di-indonesia
• https://halojatim.com/read/nuansa-pecinan-di-sudut-sudut-kota-surabaya

"Saya bukan tidak suka dengan digital, saya suka era digital karena semua serba cepat, namun tetap harus dibatasi agar penglihatan tidak terganggu," ujarnya saat jadi keynote speaker stadium generale yang digelar Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), Jumat (13/1/2023).

Nila menyebutkan ada beberapa cara untuk mengatasi mata lelah dengan teknik 20-20-20.

Jika mata digunakan untuk menatap layar handphone, komputer atau laptop selama 20 meni, maka mata harus diistirahatkan dengan melihat benda yang berjarak 20 kaki atau enam meter selama 20 detik.

"Kita harus melihat jauh untuk mata lepas melihat benda yang jauh, jadi kita harus mengistirahatkan mata kita," ungkapnya.

Nila menjelaskan kesehatan mata saat ini tengah dilirik oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), karena kesehatan mata itu sangat penting untuk pencapaian SDGs yang merupakan menurunkan angka kemiskinan di dunia.