Selasa, 12 April 2022 19:05 WIB
Penulis:Asih
Editor:Asih
SURABAYA | halojatim.com - Beberapa hari terakhir, pertalite dan biosolar mengalami kekosongan di beberapa SPBU di Jawa Timur.
Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus sendiri mengaku stok dua BBM itu tetap aman dan distribusi tetap berjalan lancar.
Namun ternyata, pertalite dan biosolar masih tetap langka di beberapa daerah.
Sampai akhirnya, Selasa (12/4/2022) Direktorat Kepolisian Air dan Udara (Ditpolairud) Polda Jawa Timur menggagalkan pengiriman biosolar dan pertalite dari sebuah mobil pikap di Pelabuhan Dungkek, Sumenep.
"Dari pengungkapan tersebut, seorang sopir berinisial SRW asal Kepulauan Raas, Sumenep kami amankan," kata Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Dirmanto didampingi Dirpolairud Polda Jatim, Kombes Pol Puji Hendro Wibowo di Surabaya.
Dari penyergapan tersebut, Tim Subdit Gakkum yang dipimpin AKBP Siswantoro menyita 90 jeriken yang terdiri dari 80 jerigen berisi biosolar dan 10 jerigen berisi pertalite.
Kombes Dirmanto menjelaskan, terungkapnya kasus ini setelah pihaknya mendapat informasi adanya pengiriman BBM yang menggunakan surat izin palsu.
Setelah diselidiki, rupanya benar. Pelaku yang saat itu usai mengambil BBM di SPBU di daerah Sumenep, kemudian diikuti tim hingga ke Pelabuhan Dungkek.
Di tempat itulah, mobil pikap hitam bernopol P 8504 EA yang dikemudikan pelaku langsung dihentikan. Saat digeledah didapati adanya penyalahgunaan surat izin.
"Jadi, yang bersangkutan ini mengangkut BBM dan hendak dibawa ke Pulau Raas, untuk dijual kembali. Tapi saat proses pengambilan BBM, ia menyalahgunakan surat izin dari pihak-pihak terkait. Ketika dicek, surat izin itu palsu, dan dipakai berkali-kali," katanya.
Dalam pemeriksaan, pelaku mengaku hanya disuruh seseorang atau bosnya. Rencananya, BBM tersebut akan distok kemudian dijual secara ecer.
Untuk solar, pelaku mangaku membeli Rp5.500 per liter, kemudian dijual Ro6.500 per liter. Sedangkan untuk pertalite, dibeli dengan harga Rp6.500 per liter, lantas dijual Rp8.500 per liter.
"Pengakuannya sudah empat kali ini dan keuntungan pelaku mencapai Rp250 juta. Saat ini masih akan dikembangkan untuk mengungkap jaringan di atasnya," ujarnya.
Bagikan