UNAIR
Kamis, 28 Oktober 2021 20:36 WIB
Penulis:Asih
Editor:Asih
Dosen Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) Achmad Syafiuddin SSi, MPhil, PhD, masuk dalam daftar ilmuwan top dunia yang baru-baru ini dirilis oleh Elsevier, lembaga penerbit tingkat dunia yang mengelola Scopus.
Scopus adalah salah satu data center atau database sitasi dan literasi jurnal ilmiah bereputasi yang sekarang menjadi salah satu rujukan Diktiristek untuk pemeringkatan institusi dan peneliti di Indonesia.
Rilis resmi tersebut oleh Elsevier diunggah di di http://doi.org/10.17632/btchxktzyw.3 dan ini berdasarkan single year impact menggunakan beberapa indicator atau composite indicators seperti sitasi, h-index, co-authorship dan beberapa indikator lainnya.
Baca Juga :
https://halojatim.com/read/lokania-aplikasi-traveling-buatan-alumni-unusa
Achmad Syafiuddin menjadi satu dari 58 ilmuan yang berasal dari Indonesia yang masuk daftar tersebut. Hebatnya Syafiuddin berada pada urutan ke 18 berdasarkan ranking all citation atau urutan ke 26 berdasarkan self-citation excluded.
Dosen di Prodi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan ini mengungkapkan, jika dirinya termasuk antara yang paling junior dari deretan 58 ilmuwan asal Indonesia. “Saya termasuk yang paling junior, karena yang masuk daftar disana adalah para ilmuwan senior dari beberapa kampus ternama di Indonesia,” kata doktor lulusan dari Universiti Teknologi Malaysia (UTM).
Syafiuddin yang sekarang juga menjabat sebagai Ketua LPPM ini menduga dirinya masuk dalam daftar tersebut karena fokus menerbitkan artikel di jurnal jurnal internasional bereputasi dan berimpak tinggi.
Selain itu, ada salah satu tulisannya yang terbit di Journal of the Chinese Chemical Society, Wiley yang dinobatkan sebagai artikel yang paling banyak disitasi di jurnal bergengsi tersebut: https://onlinelibrary.wiley.com/journal/21926549?tabActivePane=undefined.
“Saya banyak meneliti tentang kesehatan lingkungan, khususnya di bioremediasi polusi air yang memfokuskan pada penggunaan bahan-bahan alami dalam upaya mengurangi kandungan polusi di dalam air,” kata Syafiuddin yang juga merupakan penerima beasiswa Bidik Misi tahun 2010.
Bagikan