Startup Ingin Dapat Pendanaan Modal Ventura? Ini Syaratnya!

Selasa, 27 September 2022 21:31 WIB

Penulis:Asih

Editor:Asih

Begitu besarnya potensi ekonomi digital di Indonesia membuat perusahaan rintisan alias startup cukup menggiurkan bagi investor lokal dan asing
Ilustrasi perusahaan start up (Shutterstock)

JAKARTA | halojatim.com -  Tidak semua usaha rintisan (startup) mendapatkan modal ventura (venture capital).  Asosiasi Modal Ventura Indonesia untuk Starup Indonesia (Amvesindo) mengungkapkan beberapa kriteria perusahaan rintisan yang diminati oleh modal ventura.

Bendahara Amvesindo dan Managing Partner Ideosource VC Edward Ismawan Chamdani mengatakan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh perusahaan start up untuk menarik minat penanam modal.

Yang pertama adalah business model yang tepat. Perusahaan modal ventura akan menilai apakah model bisnis dari suatu perusahaan start up dapat menjadi solusi dari suatu masalah dalam rantai nilai (value chain).

Kemudian, potensi monetisasi market size dari solusi yang dicanangkan start up pun akan menjadi bahan pertimbangan modal ventura untuk menyuntikkan dana.

BACA JUGA : 

Selanjutnya, yang ketiga sekaligus yang paling penting adalah profitabilitas dari perusahaan start up yang membutuhkan sokongan dana dari modal ventura.

"Jadi bisa dibilang sebetulnya fundamental bisnis ini sangat penting untuk setiap start up yang dalam kondisi makroekonomi kurang baik maupun sedang bagus harus tetap dijaga," ujar Edward melalui unggahan di akun Instagram Amvesindo beberapa waktu lalu.

Edward pun mengatakan, pada umumnya perusahaan modal ventura senantiasa mencari growth story (kisah pertumbuhan) dari perusahaan-perusahaan start up.

Apabila perusahaan start up tidak memiliki growth story  setelah diberi suntikan dana, maka investor berikutnya tidak akan tertarik untuk menyokong dana.

Sementara itu, para perusahaan modal ventura pun hanya memiliki waktu sekitar lima sampai tahun untuk memperoleh likuiditas dari perusahaan start up yang diberikan pendanaan sehingga sangat penting bagi mereka untuk memberikan penilaian yang tepat sasaran dengan menyoroti fundamental bisnis.

Maka dari itu, Edward menekankan bahwa fundamental bisnis dari perusahaan start up adalah aspek penting yang perlu diperhatikan agar perusahaan modal ventura bisa menaruh minat.

Jika fundamental bisnis tidak kuat, perusahaan start up pun berpotensi untuk terkena dampak negatif dari kondisi makroekonomi yang sedang kurang baik.

Suarakan hal senada, Ketua II Amvesindo dan CEO MDI Ventures Donald Wihardja mengatakan, perusahaan start up harus bisa membuktikan bahwa dalam setiap transaksi yang mereka lakukan kepada customer itu bisa memberikan profit.

"Artinya, unit economic dari setiap transaksi itu positif. Kalau mereka bisa membuktikan itu, masalahnya tinggal seberapa besar mereka besar bisa mendapatkan customer atau transaksi," kata Donald.

Donald juga menerangkan bahwa Indonesia adalah negara yang sangat disoroti untuk investasi start up karena teknologi digital yang diprakarsai oleh perusahaan-perusahaan rintisan  sangat berhasil menjadi solusi atas masalah-masalah yang ada di dalam negeri.

Donald mengungkapkan juga bahwa saat ini, perusahaan rintisan sudah menjadi bagian yang tidak lepas dari hidup khalayak luas. "Karena itu, investasi akan terus mengucur," tegas Donald.

Untuk diketahui, menurut data yang dirangkum CB Insight, nilai pendanaan yang masuk ke perusahaan-perusahaan start up di skala global terus mengalami peningkatan dari kuartal ke kuartal pada tahun 2021.

Pada kuartal I-2021, tercatat pendanaan sebesar US$133,3 miliar atau setara dengan Rp1,99 kuadriliun dalam asumsi kurs Rp15.000 perdolar Amerika Serikat (AS).

Jumlah pendanaan start up meningkat 14,3% pada kuartal berikutnya dengan catatan nilai sebesar US$152,4 miliar (Rp2,28 kuadriliun).

Kemudian, pada kuartal III-2021, tercatat pendanaan sebesar US$162,5 miliar (Rp2,43 kuadriliun) dan US$177,8 miliar (Rp2,66 kuadriliun) pada kuartal IV-2021.

Namun, pada kuartal I-2022, nilai pendanaan start up menyusut 20,3% dibanding kuartal sebelumnya ke angka US$141,6 miliar (Rp2,12 kuadriliun).

Angka tersebut menyusut lagi pada kuartal II-2022 ke US$108,5 miliar (Rp1,62 kuadriliun) atau turun 23% dibanding kuartal sebelumnya.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Idham Nur Indrajaya pada 27 Sep 2022