Selasa, 20 Februari 2024 19:29 WIB
Penulis:Asih
Editor:Asih
JAKARTA | halojatim.com – Emiten distribusi gas bumi PT Peruasahaan Gas Negara Tbk (PGAS) telah menganggarkan belanja modal atau capex sebesar Rp3,54 triliun untuk membangun jaringan gas (jargas) rumah tangga sebanyak 117.701 pada 2024.
Sekretaris Perusahaan PGAS Rachmat Hutama mengatakan sebagian pembangunan jargas rumah tangga akan dilakukan di Pulau Sumatra dan Jawa. “Komponen hilir, capex-nya sebesar US$227 juta, karena ada pemanfaatan untuk program hilir lainnya,” terangnya melalui keterangan tertulis dikutip Selasa, 20 Februari 2024.
Selain membangun jargas rumah tangga, pada tahun ini, emiten yang menggunakan kode saham PGAS juga memiliki fokus proyek strategis lainnya antara lain gasifikasi kilang minyak Pertamina dan revitalisasi hub LNG. Lantas bagaimana prospek dan target saham emiten ini?
Analis Saham dari Panin Sekuritas, Felix Darmawan, mengungkapkan bahwa proyek gasifikasi kilang minyak Pertamina sedang berlangsung dengan pembangunan pipa gas dari Senipah menuju kilang refinery unit 5 Balikpapan, Kalimantan Timur.
Asal tahu saja, pipa gas tersebut memiliki panjang mencapai 78 kilometer dan saat ini sudah mencapai tingkat kemajuan sebesar 93%. Proyek ini diharapkan dapat mulai beroperasi pada awal tahun 2024.
Dalam rangka revitalisasi hub LNG Arun di Aceh, lanjut Felix, perusahaan telah berhasil memperoleh persetujuan investasi untuk tahap engineering, procurement, and construction (EPC) hingga kuartal III-2023.
"Patut dicermati jika LNG Arun tersebut dapat menjadi LNG Hub Asia lokasinya yang strategis dengan jalur pasar di Asia Tenggara dan Asia Selatan. Perseroan menargetkan revitalisasi tangki F-6004 yang berkapasitas desain 127 ribu meter kubik dapat selesai pada kuartal III-2025," ujarnya dalam risetnya baru-baru ini.
Selain itu, pengembangan Bio CNG juga terus berlanjut, diinisiasi oleh PT Gagas Energi Indonesia (Gagas) bekerja sama dengan PT KIS Biofuels Indonesia (KIS). Kedua perusahaan ini melanjutkan upaya pengembangan biomethane yang dihasilkan dari limbah kelapa sawit, dikenal sebagai Palm Oil Mill Effluent (POME), setelah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) pada bulan Oktober 2022.
Alasan di balik inisiatif pengembangan ini adalah untuk meningkatkan penggunaan energi terbarukan, sejalan dengan upaya mencapai target Net Zero Emission pada tahun 2060. Bio CNG memiliki karakteristik yang mendekati gas bumi, memberikan opsi untuk pertukaran jenis komoditas dalam proses distribusi melalui infrastruktur yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.
Dengan memanfaatkan POME sebagai bahan baku untuk Bio CNG, perusahaan menilai bahwa wilayah Sumatera dan Kalimantan menjadi fokus utama pasokan gas ini. Namun demikian, Felix menyoroti bahwa sengketa dengan Gunvor masih menjadi isu yang membebani PGAS.
Perusahaan menyatakan bahwa kondisi force majeure terkait kontrak penjualan LNG dengan Gunvor Singapore Ltd muncul seiring tertundanya proses novasi portofolio LNG dari Pertamina ke PGAS.
Felix menekankan perlunya memperhatikan bahwa perusahaan perlu menemukan sumber suplai LNG alternatif untuk memenuhi kontrak dengan Gunvor yang mencakup 8 kargo setiap tahunnya.
Meski demikian, tantangan yang dihadapi adalah dalam hal penentuan harga pembelian dari penjual yang harus menguntungkan bagi perseroan. "Kami menilai jika perseroan berpeluang meningkatkan provisi pada kontrak tersebut sebesar USD61,3 juta hingga sembilan bulan 2023," terang Felix.
Sebagai hasilnya, perusahaan efek ini merekomendasikan untuk mempertahankan posisi saham (HOLD) dengan target harga sebesar Rp1.200 (implied EV/EBITDA 2,8x pada tahun 2024F).
"Rekomendasi ini didasarkan pada peningkatan volume penjualan dan transmisi gas, serta proyek-proyek strategis yang sedang dikembangkan. Namun, perlu dicatat bahwa ketiadaan evaluasi Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) dan sengketa dengan Gunvor dapat menjadi risiko downside," tambah Felix.
Berdasarkan data IDX Mobile pada penutupan perdagangan sesi I Selasa, 20 Februari 2024, saham PGAS diparkir di level Rp1.170 per saham. Nominal ini melemah 0.85% dari harga pembukaannya sebesar Rp1.180 per saham.
Dari sisi variasi harga, saham PGAS sempat bergerak ke level terendahnya sebesar Rp1.160 per saham. Selama sesi tersebut, volume transaksi saham ini mencapai 15,3 juta dan kapitalisasi pasar menembus Rp28,37 triliun.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Alvin Pasza Bagaskara pada 20 Feb 2024
Bagikan