Rose BLACKPINK Bicara Nada dan Kesehatan di KTT APEC Mental,

Senin, 20 November 2023 18:44 WIB

Penulis:Asih

Editor:Asih

202103200833-main.cropped_1616203997.jpg
Rose BLACKPINK

JAKARTA | halojatim.com - Rose BLACKPINK baru saja menghadiri Leader’s Week sebagai pembicara di sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT APEC 2023) Asia Pacific Economic Cooperation. Acara ini berlangsung di San Fransisco, Amerika Serikat  pada Jumat, 17 November 2023.

Spesialnya, ibu negara AS Jill Biden memperkenalkan langsung Rose BLACKPINK sebagai seorang penyanyi muda bertalenta yang tak ragu memancarkan pengaruhnya untuk kebaikan. Pada kesempatan itu, Rose berbicara mengenai pentingya sebuah komunikasi suara untuk menjaga kesehatan mental.

Diketahui BLACKPINK baru saja menyelesaikan tur dunia di banyak negara. Nah, Rose mengawali pembicaraan perjalanan sebagai seorang musisi di tengah popularitas yang juga harus berjuang dengan kesehatan mental.

Melansir Koreaboo, tak ayal, pembicaraan awal tersebut, Rose BLACKPINK ingin menegaskan bahwa tantangan kesehatan mental dapat menghampiri siapapun, sekalipun orang-orang yang tampaknya memiliki kehidupan sempurna dari perspektif orang lain.

"Aku merasa dalam beberapa hal, yang kulakukan tak pernah cukup, dan tidak peduli seberapa keras aku mengerjakannya, selalu ada seseorang yang memiliki opini sendiri atau mereka yang senang mengontrol narasi. Dan hal itu bagiku sebagai rasa kesepian," ucap Rose dikutip pada Senin, 20 November 2023.

Harus Bersuara

Perempuan kelahiran Auckland, Selandia Baru itu pun mengaitkan dengan lagu solonya “On The Ground” yang mengandung pesan soal harga diri. Tak pelak, Rose juga mengingatkan kepada hadirin, meskipun dunia memiliki pandangan yang berbeda tentang diri mereka, harga diri seseorang tidak tergantung pada kondisi saat ini.

"Tetapi, itu ditentukan oleh apa yang membuat kita tetap membumi yang merupakan pesan yang sangat spesial dari laguku dan aku mencoba selalu mengingatkan diriku setiap hari," sambungnya.

Rose menekankan bahwa kemampuan untuk bersuara mengenai tantangan yang dihadapi di dunia sangat krusial untuk meningkatkan kesehatan mental global. Baginya, kesempatan untuk membicarakan tentang perasaan yang dirasakan seharusnya menjadi bagian yang ternormalisasi, dan bahwa tidak selalu merasa baik adalah hal yang wajar.

"Komunikasi adalah kuncinya. Terkadang saya merasa tidak dapat berbicara tentang masalah tertentu ketika saya ingin jujur, tetapi menurut saya komunikasi dan bersikap lebih terbuka tentang kesehatan mental akan membantu semua orang di masa depan," ucapnya.

Artis YG Entertainment itu juga bermimpi ingin menjadi seorang seniman yang karya musiknya dapat menginspirasi atau sebagai tempat perlindungan bagi yang membutuhkannya. "Aku akan terus melakukan yang terbaik untuk berkontribusi bagi kesejahteraan kolektif masyarakat global kita," ujar Rose.

Mental Gen Z Rapuh

Asal tahu saja, Survei Nasional Kesehatan Mental Remaja (I-NAMHS) menunjukkan bahwa kesehatan mental kelahiran 1997-2012 (generasi z) cenderung lebih rapuh dibandingkan kelahiran 1981-1996 (generasi milenial) dan kelahiran 1946-1964 boomers.

Survei tersebut memperlihatkan sebanyak 34,9% atau setara dengan 15,5 juta remaja Indonesia menghadapi setidaknya satu masalah kesehatan mental dalam 12 bulan terakhir. Bahkan 5,5% atau setara dengan 2.45 juta remaja, dilaporkan memiliki gangguan mental dalam periode yang sama.

Survei juga mencatat bahwa selama pandemi COVID-19 beberapa waktu itu mengakibatkan 4,6% remaja melaporkan peningkatan gejala cemas, depresi, kesepian, atau kesulitan berkonsentrasi.

Namun demikian, hanya 2% dari remaja tersebut yang telah memanfaatkan layanan kesehatan mental dalam 12 bulan terakhir, dan sebanyak 66,5% dari terundung kesehatan mental hanya menggunakan layanan konsultasi tersebut.

Minim Konsultasi

Sejalan dengan temuan survei tersebut, Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak atas Pengasuhan dan Lingkungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) Rohika Kurniadi Sari menyatakan bahwa 1 dari 3 remaja di Indonesia mengalami gangguan kesehatan mental dalam satu tahun terakhir.

“Data yang menunjukkan bahwa ada 1 dari 3 remaja mengalami gangguan kesehatan mental ini sangat memprihatinkan. Ini persoalan sangat serius. Dukungan kesehatan mental dan psikososial, terutama dalam menciptakan kondisi perkembangan dan kesejahteraan anak yang optimal sangat dibutuhkan," ujarnya dalam keterangan resmi, pada Sabtu, 18 November 2023.

Walau ada 1 dari 3 remaja di Indonesia yang mengalami kesehatan mental, namun, hanya 2% saja yang memanfaatkan layanan kesehatan mental dalam setahun terakhir. Untuk itu, Rohika menambahkan, KemenPPPA telah menyusun dukungan kesehatan mental untuk anak dan keluarga bersama UNICEF.

"Program ini diharapkan dapat menjadi pusat pembelajaran keluarga untuk mencegah dan menangani masalah kesehatan mental," tambahnya. Namun, program ini membutuhkan kolaborasi bersama termasuk dengan guru dan forum layanan untuk menyebarluaskan informasi isu tersebut.

Pasalnya, lanjut dia, menumbuhkan perkembangan anak sesuai dengan UUD 1945, yaitu tumbuh tidak hanya fisik saja, tetapi juga spiritualnya, mental, dan moralnya menurut Rohika adalah tanggung jawab bersama.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Alvin Pasza Bagaskara pada 20 Nov 2023