Pesta Pernikahan Bisa Digelar di Masa New Normal dengan Protokol Kesehatan

Selasa, 07 Juli 2020 01:20 WIB

Penulis:Asih

Pesta pernikahan di era new normal sudah mematuhi protokol kesehatan yang sangat ketat, termasuk pengantin yang harus mengenakan masker.
Pesta pernikahan di era new normal sudah mematuhi protokol kesehatan yang sangat ketat, termasuk pengantin yang harus mengenakan masker. undefined

Resepsi pernikahan diharapkan akan bisa kembali digelar di era new normal ini. Apalagi Kapolri sudah mencabut maklumat kerumunan sehingga sudah tidak ada lagi keraguan untuk bisa menggelar hajatan yang selama empat bulan ini tertunda karena pandemi Covid-19.

Karena itu untuk menyakinkan masyarakat bahwa resepsi pernikahan bisa digelar dengan protokol kesehatan yang sangat ketat. Asosiasi Pengusaha Jasa Dekorasi Indonesia (Aspedi) DPW Jawa Timur bersama Dyandra Convention Center menggelar simulasi pernikahan dengan protokol kesehatan yang sangat ketat, Sabtu (4/7/2020).

Sebelum memasuki ruang resepsi, petugas dari Dyandra Convention Center menyediakan hand sanitizer dan mengukur suhu tubuh para tamu. Juga mengingatkan agar  mengenakan masker. Setelah itu, para harus scan barcode undangan yang dikirim secara online bukan lagi menggunakan undangan fisik. Scan barcode ini juga digunakan untuk pengambilan sovenir.

Lalu, pada tamu akan dipersilahkan menduduki kursi yang disiapkan. Petugas penerima tamu dan pelayan menggunakan masker, face shield dan sarung tangan. Wedding Organizer (WO) pun menyiapkan kursi dan meja bundar untuk para tamu. Biasanya satu meja bundar untuk 10 kursi, kini hanya diisi lima hingga enam orang. Antara satu meja dengan meja yang lain berjarak sekitar 2 hingga 2,5 meter.

Tamu hanya boleh menempati satu kursi tanpa bisa berpindah-pindah. Mereka dilarang berdiri bahkan bergerombol terutama untuk mengambil makanan. Mereka akan dilayani para pelayan untuk menikmati menu-menu yang disediakan tuan rumah.

Bahkan, ruangan di Dyandra yang biasanya memuat 3 ribu tamu, hanya ditempati maksimal sepertiganya. Bahkan sistemnya juga bergantian tidak sekaligus. Selain itu, untuk pelaminan dibuat memanjang sehingga jarak antara pengantin dengan orang tua masing-masing cukup jauh sekitar tiga hingga empat meter. Tamu ketika hendak berfoto juga lebih mudah dan berjarak.

Dengan penerapan protokol kesehatan yang sangat ketat itu, Ketua DPW Aspedi Jawa Timur, Sumitro mengatakan seharusnya pemerintah memberikan izin untuk gelaran pesta pernikahan.

“Kita sudah memikirkan dan menerapkan konsep ini dengan sangat matang.Sehingga bisa meminimalisir penyebaran Covid-19. Datang ke pesta pernikahan lebih aman dibandingkan ke pasar. Kita terapkan protokol kesehatan dengan sangat ketat,” tandasnya.

Karena diakui Sumitro, sejak Maret, semua bisnis yang berhubungan pesta pernikahan tidak bisa memiliki pemasukan. Penerapan bekerja dari rumah justru membuat bisnis ini hancur. Karena pada dasarnya bisnis di bidang ini tidak bisa dikerjakan dari rumah. “Kami harap, pemerintah dan pihak terkait bisa mempertimbangkan nasib kami,” jelasnya.

Karena semua bisnis yang berkaitan dengan pesta pernikahan tidak bisa menghasilkan apapun selama pandemi.  Bahkan petani bunga di Malang harus membuang hasil panennya karena tidak terserap pasar.

 “Tukang undangan, foto dan video, semuanya tidak ada yang memiliki penghasilan. Karenanya ketika kita membuat simulasi ini, mereka sangat antusias dan saling bergotong royong dengan harapan bisnis ini bisa bangkit kembali di era new normal,” jelas Sumitro.

General Manager Dyandra Convention Centre, Lusi Astuti juga mengatakan pihaknya selama pamdemi sudah banyak booking resepsi yang ditunda. Padahal hampir tiap Sabtu dan Minggu selalu ada pesta pernikahan. Belum lagi acara wisuda, kelulusan siswa SMA/SMP dan juga acara meeting.

“Ya bagaimana lagi. Kalau sekarang sudah bisa dibuka kembali dengan protokol kesehatan, maka kami akan senang,” tukasnya.

Veny Laksono selaku Event Director Celtic Creative mengaku pihaknya selaku wedding organizer harus bekerja lebih keras lagi untuk bisa menggelar pernikahan di masa new normal ini.

Karena WO harus benar-benar menerapkan protokol kesehatan yang tidak boleh ditawar lagi. “Karenanya kami meminta pihak terkait juga  mempertimbangkan semua itu agar kami bisa tetap bekerja,” tukasnya.