Pemerintah Tegaskan Kasus Virus Nipah Belum Ada di Indonesia

Jumat, 29 September 2023 21:33 WIB

Penulis:Asih

Editor:Asih

Hingga Saat Ini Pemerintah Resmi Nyatakan Kasus Virus Nipah Belum Ada di Indonesia
Hingga Saat Ini Pemerintah Resmi Nyatakan Kasus Virus Nipah Belum Ada di Indonesia (freepik.com/wirestock)

JAKARTA | halojatim.com - Hingga saat ini Pemerintah Indonesia menyatakan belum ada kasus Virus Nipah di Indonesia. Meski begitu kewaspadaan di pintu negara tetap ditingkatkan. 

Upaya tersebut tertuang dalam Surat Edaran Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan No. HK.02.02/C/4022/2023 tentang Kewaspadaan Terhadap Penyakit Virus Nipah kepada Pemerintah Daerah, fasilitas pelayanan kesehatan, Laboratorium Kesehatan Masyarakat, Kantor Kesehatan Pelabuhan, dan para pemangku kepentingan terkait.

“Mengingat letak geografis Indonesia berdekatan dengan negara yang melaporkan wabah, sehingga kemungkinan risiko penyebaran dapat terjadi” Ujar Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dr.dr. Maxi Rein Rondonuwu, seperti yang dikutip Trenasia pada Jumat, 29 September 2023.

Selain itu, pemerintah juga mengimbau untuk meningkatkan pengawasan terhadap orang baik itu awak, personel, dan penumpang, alat angkut, barang bawaan, lingkungan, vektor, binatang pembawa penyakit di pelabuhan, bandar udara dan pos lintas batas negara, terutama yang berasal dari negara terjangkit, serta meningkatkan kewaspadaan dini dengan melakukan pemantauan kasus sindrom demam akut yang disertai gejala pernapasan akut atau kejang atau penurunan kesadaran serta memiliki riwayat perjalanan dari daerah terjangkit. 

Apa Itu Penyakit Nipah?

Seperti yang dilansir dari penjelasan WHO, Nipah adalah suatu virus zoonosis yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Virus tersebut dapat ditularkan melalui makanan yang telah terkontaminasi dan bisa disebarkan secara langsung antar manusia dalam beberapa kasus.

Virus Nipah dapat menyebabkan beberapa penyakit. Seseorang yang terinfeksi vrus Nipah dapat mengalami asimtomatik tapi ada yang menunjukkan gejala gangguan pernapasan akut dan ensefalitis yang natal. Virus Nipah bahkan juga dapat menginfeksi sejumlah hewan seperti babi yang dapat berdampak pada perdagangan ternak di antara para petani.

Penyakit yang disebabkan oleh virus Nipah sebetulnya bukan penyakit baru. Seperti yang dilansir Trenasia dari akun Instagram resmi Kemenkes RI, penyakit tersebut pertama kali diidentifikasi berdasarkan laporan wabah yang terjadi pada peternak babi di suatu desa di Sungai Nipah, Malaysia pada tahun 1998-1990. Penyakit tersebut bahkan berdampak sampai Singapura. Dari wabah tersebut dilaporkan adanya 276 kasus konfirmasi dengan jumlah 106 kematian.

Penyebaran Virus Nipah

Virus Nipah dapat tersebar melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi oleh virus Nipah, termasuk  zat ekskresi atau sekresi dari tubuh seperti urin, air liur, darah, atau sekresi pernapasan. Selain itu, penyebaran virus Nipah juga dapat disebabkan karena konsumsi daging mentah yang berasal dari daging hewan yang terinfeksi atau produk makanan mentah seperti nira sawit atau buah yang terkontaminasi kelelawar buah yang terinfeksi. Tidak hanya itu, kontak dengan seseorang yang telah terinfeksi atau cairannya seperti droplet, urin, atau darah juga dapat menyebabkan penyebaran virus Nipah.

Kelompok Berisiko Terkena Penyakit Akibat Virus Nipah

Berikut beberapa kelompok yang berisiko terkena penyakit virus Nipah.

  1. Peternak babi atau petugas pemotong babi yang berada di area peternakan yang dekat dengan populasi kelelawar buah.
  2. Orang yang berprofesi sebagai pengumpul nira atau aren atau buah-buahan lain yang kemungkinan dikonsumsi kelelawar buah.
  3. Petugas kesehatan yang melakukan perawatan pada pasien yang telah terinfeksi virus Nipah.
  4. Tenaga laboratorium yang melakukan pengelolaan spesimen pasien yang telah terinfeksi virus Nipah.
  5. Keluarga atau kerabat yang merawat pasien yang telah terinfeksi virus Nipah.

Itu tadi penjelasan mengenai penyakit akibat virus Nipah yang secara resmi dinyatakan belum ada di Indonesia.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Justina Nur Landhiani pada 29 Sep 2023