Film
Minggu, 23 Juli 2023 16:38 WIB
Penulis:Asih
Editor:Asih
SURABAYA | halojatim.com - Film Oppenheimer besutan Christopher Nolan muai menjamah bioskop Indonesia.
Diangkat dari buku American Prometheus karya Kai Bird dan Martin J. Sherwin, film ini berkisah mengenai lika liku kehidupan J.Robert Oppenheimer.
Dikenal sebagai ujung tombak pengembangan bom atom, kehidupan nyata dari Oppenheimer punya sisi menarik.
Lebih lanjut, berikut fakta menarik mengenai Robert Oppenheimer sebagaimana dikutip TrenAsia.com dari laman Live Science Sabtu, 22 Juli 2023.
Oppenheimer dikenal sebagai ilmuwan yang suka mengejar keingintahuan. Ia juga seorang intelektual yang berpikir dari segala arah.
BACA JUGA :
Setelah diperkenalkan ilmu astrofisika oleh rekannya, Richard Tolman, Oppenheimer mulai menerbitkan makalah tentang objek kosmik berteori yang belum ditemukan. Adapun Makalah yang ditulis Oppenheimer termasuk perhitungan sifat-sifat katai putih, yakni bara api padat dari bintang mati dan batas massa teoritis bintang neutron.
Makalah tersebut meramalkan bahwa jauh di kedalaman ruang angkasa seharusnya ada bintang sekarat yang tarikan gravitasinya melebihi produksi energinya.
Sayangnya, Artikel tak terlalu diperhatikan. Hinggapada akhirnya seorang fisikawan menyadari bahwa Oppenheimer telah meramalkan keberadaan lubang hitam.
Kecerdasan dan pikiran luas Oppenheimer ternyata tidak selalu berhasil mengatasi ketidakdewasaan emosional dan kenaifan politiknya. Salah satu contohnya adalah perselisihan yang dia alami dengan Albert Einstein selama puncak McCarthy Red Scare.
Setelah bertemu dengan Einstein di Institute for Advanced Study di Princeton, dia berbicara dengan Einstein tentang adanya upaya untuk mencabut izin keamanannya.
Einstein kemudian menasihati rekannya bahwa dia tidak perlu tunduk pada penyelidikan dan pengadilan yang melelahkan oleh Komisi Energi Atom. Kala itu, Einstein memintanya untuk tak terlalu mengambil pusing.
Tetapi Oppenheimer menjawab bahwa dia akan melakukan lebih banyak kebaikan dari dalam pemerintahan Washington daripada dari luar. Karenanya, Ia memutuskan untuk tetap tinggal dan berjuang.
Sayangnya, Izin Oppenheimer tetap dicabut sehingga Ia harus hengkang dari Washington. Saat itulah Einstein berjalan ke kantornya dan mengatakan bahwa rekannya itu bodoh.
Oppenheimer menghadapi masa-masa sulit saat belajar untuk gelar doktor fisika di Laboratorium Cavendish di Cambridge, Inggris. Masalah emosionalnya yang intens dan perasaan terisolasi yang semakin besar mendorongnya ke dalam periode depresi berat.
Penasihat Oppenheimer di Cambridge adalah Patrick Maynard Stuart Blackett, seorang ahli fisika eksperimental yang cerdas dan berbakat yang membuat iri Oppenheimer. Terlepas dari ketenaran Oppenheimer yang terkenal, Blackett mendorong muridnya untuk bekerja dilaboratorium.
Kegagalan terus-menerus Oppenheimer di lab dan ketidakmampuannya untuk memenangkan persetujuan Blackett membuatnya sangat cemas. Dibakar rasa iri, Oppenheimer kemungkinan bertindak terlalu jauh.
Salah satu teman lamanya, Francis Fergusson, mengklaim bahwa Oppenheimer pernah mengakui bahwa dia mencampurkan apel dengan bahan kimia berbahaya dan meninggalkannya di meja Blackett.
Dua bulan setelah dijatuhkannya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki , Oppenheimer bertemu dengan Presiden Harry S. Truman di Oval Office. Di sana, Ia membahas keprihatinannya tentang kemungkinan perang nuklir di masa depan dengan Uni Soviet.
Truman menepis kekhawatiran Oppenheimer/ Ia meyakinkan fisikawan itu bahwa Soviet tidak akan pernah mampu mengembangkan bom atom.
Marah karena ketidaktahuan presiden, Oppenheimer meremas tangannya dan berkata dengan suara rendah bahwa tangannya berdarah. Truman sangat marah dengan ucapan ini, dan segera mengakhiri pertemuan tersebut.Pada tahun 1946, Truman mengatakan bahwa Oppenheimer adalah ilmuwan yang cengeng.
Oppenheimer adalah salah satu ilmuwan unik. Ia tak hanya mengandalkan matematika untuk memahami dunia, namun juga mencari cara untuk menjelaskannya dengan kata-kata. Ia adalah pembicara yang menawan.
bakatnya membuat Oppenheimer digandrungi oleh para siswa. Bahkan, beberapa diantaranya mulai terobsesi. Mereka mulai bicara, berpakaian, dan bertingkah seperti Oppenheimer.
Oppenheimer menyukai tantangan intelektual, Ia menikmati setiap kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya yang luar biasa dalam menyerap informasi.
Inilah yang membuatnya tertarik untuk mempelajari bidang Humaniora. Diketahui, Oppenheimer bicara enam bahasa. Diantaranya Yunani, Latin, Prancis, Jerman, Belanda, dan Sansekerta. Kefasihan Oppenheimer berbahasa Sansekerta bahkan membawanya membaca kitab Bhagavad Gita atau Bharatayudha dengan bahasa asli.
Bagikan