ITS
Minggu, 02 April 2023 07:16 WIB
Penulis:Asih
Editor:Asih
SURABAYA | halojatim.com - Tanda paling umum penyakit epilepsi adalah kejang secara tiba-tiba. Namun beberapa menit kemudian, pasien kembali sadar. Namun ternyata tidak semua kejang sebagai tanda utama epilepsi.
Dokter spesialis bedah saraf di National Hospital Surabaya, dr Heri Subianto SpBS (K) Func FINPS mengatakan penyebab kejang pada seseorang sangat banyak, bisa karena akibat benturan di kepala atau tumor di kepala.
"Epilepsi salah satunya tapi tidak semua kejang itu epilepsi," katanya.
Apabila kejang terjadi kepada anak, penyebab paling umum yakni mereka lahir secara prematur dan terlahir dengan kelainan otak.
BACA JUGA :
"Intinya, epilepsi itu terjadi karena pola aktivitas listrik tidak normal di otak," tandasnya.
Lantas, bagaimana penanganan medis bagi pasien epilepsi? Dr Heri memgatakan, pertama, pasien perlu konsultasi terlebih dulu dengan dokter. Setelah itu, pasien butuh skrining untuk mengetahui penyebab epilepsi. Skrining itu melalui MRI, EEG dan PET Scan.
Skrining dilakukan atas saran dari dokter dan melihat kondisi pasien. Sangat penting, pasien mempunyai catatan terjadinya kejang. Sebab, catatan itu menjadi bahan evaluasi dari dokter yang menangani.
Selain itu, catatan tersebut bakal dijadikan sebagai penentu jenis atau tipe kejang. Setelah ditemukan jenis atau tipe kejang, dokter akan menentukan terapi yang tepat bagi pasien.
"Biasanya, terapi pertama diawali dengan pemberian obat-obatan anti epilepsi. Kemudian, kondisi pasien dievaluasi, apakah kejangnya terkontrol atau tidak. Nah, jika kejang tidak terkontrol, maka pasien direkomendasikan untuk tindakan operasi," kata dr Heri.
Di National Hospital sendiri sudah tersedia layanan khusus epilepsi atau Epilepsi Center (epic) sejak tahun lalu. EPIC menjadi fasilitas penanganan epilepsi secara komprehensif di Indonesia. Adapun fasilitas EPIC di Nathos memiliki MRI 3 TESLA dengan protocol khusus.
Lalu, EPIC juga memiliki fasilitas long term video EEG yang jarang dimiliki oleh rumah sakit lain di Indonesia. Fasilitas EPIC didukung oleh dokter spesialis saraf dan bedah saraf yang khusus mendalami epilepsy. Serta, tentunya, perawat yang terlatih dalam mengoperasionalkan EEG.
Layanan ini disediakan karena pasien dengan epilepsi banyak yang berobat ke National Hospital. Berdasarkan data yang dirangkum sejak tahun lalu, rumah sakit mencatat lebih kurang ribuan pasien telah mendapatkan pelayanan secara excellence di National Hospital.
Perlu diketahui, pada tahun lalu, estimasi jumlah pasien epilepsy di Indonesia sekitar 1,5 juta orang (secara nasional). Dengan prevalensi 0.5-0.6 persen dari penduduk Indonesia.
Usia pasien epilepsi tergolong beragam. Mulai dari balita hingga usia 50 tahun ke atas. Tidak jarang, masyarakat awam masih beranggapan jika epilepsy merupakan penyakit gangguan mental, kutukan, dan bisa sembuh sendiri.
Bagikan