Kadin Jatim Kerjasama dengan PPNS untuk Program Wirausaha Merdeka

Senin, 29 Agustus 2022 18:02 WIB

Penulis:Asih

Editor:Asih

kadin kerjasama.jpg
Penandatanganan MoU kerjasama antara Ketua Kadin Jatim Adik Dwi Putranto (kiri) dengan Direktur PPNS Eko Julianto (kanan). Kerjasama ini untuk mencetak sebanyak mungkin wirausahawan muda yang berkualitas melalui program "Wirausaha Merdeka" di Gedung Dewaruci Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Senin (29/8/2022).

SURABAYA | halojatim.com -  Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur mendukung program pemerintah untuk mencetak sebanyak mungkin wirausahawan muda yang berkualitas melalui program "Wirausaha Merdeka" yang dilaksanakan oleh Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya atau PPNS.

Dukungan direalisasikan melalui penandatanganan kerjasama oleh Ketua Kadin Jatim Adik Dwi Putranto dan Direktur Kadin Institute Nurul Indah Susanti dengan Direktur PPNS Eko Julianto di Gedung Dewaruci Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Senin (29/8/2022).

Adik Dwi Putranto menegaskan bahwa dunia industri yang diwakili oleh Kadin Jatim dan dunia pendidikan yang diwakili oleh PPNS memang seharusnya menyatu karena salah satu program utama Kadin adalah peningkatan kualitas SDM dan mencetak wirausaha, baik wirausahawan muda maupun yang akan purna tugas.

"Karena salah satu tujuannya adalah memperbanyak kesempatan kerja," ujar Adik Dwi Putranto usai acara Grand Launching Wirausaha Merdeka, Project Based Learning Technopreneurship.

Dalam pelaksanaannya, Kadin memiliki Kadin Institut yang bertugas untuk menyiapkan SDM yang berkualitas dan unggul. "Kami memiliki Kadin Institute yang selama ini bertugas untuk melakukan pelatihan dan sertifikasi teknis. Kadin Institute ini nantinya yang akan bekerja bersama PPNS untuk menciptakan wirausahawan dan SDM yang unggul dan berdaya saing," tegasnya.

Lebih lanjut Adik mengatakan, sejauh ini Kadin Jatim telah melakukan berbagai program dalam peningkatan SDM, mulai dari pelatihan pelatih tempat kerja, pendampingan sumber daya manusia UMKM dan lain sebagainya. Dalam pelaksanaannya, Kadin Jatim bekerjasama dengan Industrie-und Handelskammer (IHK) Trier atau Kadin Jerman dan Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit GmbH atau GIZ. "Kadin Jatim juga akan kerjasama dengan dVET System Development Swisscontact karena peningkatan SDM harus terus dilakukan," tegasnya.

Melalui berbagai program yang telah dilakukan Kadin dan yang akan dilakukan bersama PPNS, Kadin Jatim berharap jumlah wirausahawan di Indonesia akan bertambah 5,1 persen dari posisi saat ini yang hanya sekitar 3,1 persen.

"Kalau naik 2 persen saja sudah bagus karena problem mahasiswa adalah mindset harus dibentuk. Karena wirausaha itu pilihan, tidak hanya dosen ataupun profesi lainnya. Wirausaha harus dijadikan pilihan dan ini penting. Sebab kultur kita masih merasa kalau bukan keturunan pengusaha, akan sulit menjadi wirausaha. Ini yang harus kita bongkar. Perubahan mindset harus terus digencarkan," tukas Adik.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Direktur PPNS Eko Julianto bahwa salah satu tujuan pemerintah saat ini adalah bagaimana bisa mencetak lebih banyak enterpreneur. Karena saat ini jumlah enterpreneur di Indonesia masih 3,1 persen sedangkan di negara tetangga sudah mencapai 8 persen bahkan lebih.

"Padahal idealnya jumlah enterpreneur di satu negara adalah sekitar 12 persen. Ini sangat berat karena jumlah penduduk kita mencapai 270 juta jiwa. Dan mencetak enterpreneur tidak mudah karena mindset harus diubah, apalagi dari dulu kita bukan negara pedagang dan mindset masyarakat sebagian besar adalah menjadi pegawai, oleh karena itu kita harus mengubah mindset mereka," terang Eko Julianto.

Melalui program Wirausaha Merdeka, mahasiswa akan dicetak menjadi tecknopreneur, yaitu enterpreneur dengan basis teknologi. Karena kedepan, untuk mengembangkan jasa dan produk harus disesuaikan dengan perkembangan teknologi. 

"Karena itu kami di PPNS mengajukan proposal Problem Base Learning Tecknopreneur untuk mencetak wirausahawan berbasis teknologi," ujarnya.

Dalam implementasinya, perkuliahan tecknopreneur ini akan diberikan selama satu semester dengan beban  21 kredit sebagai pengganti matakuliah yang akan dihapus.

Sebagai pelaksana, PPNS akan melaksanakan perkuliahan secara hybrid dengan mentor serta praktek. "Kita latih disana. Kami juga mengundang banyak pakar, dari akademisi dan praktisi. Sehingga  anak-anak belajar dengan ahlinya dan praktik. Mahasiswa kita buatkan perusahaan sesuai dengan kondisi sesungguhnya, ya ada direkturnya dan sebagainya,"  lanjut Eko.

Terkait jumlah peserta yang mengikuti perkuliahan "Wirausaha Merdeka", ia mengatakan mencapai 1.004 mahasiswa dari 31 perguruan tinggi.  "Sebenarnya kuota yang diberikan Kementerian Pendidikan sebesar 800 tetapi yang mendaftar sangat banyak mencapai 1215 mahasiswa. Setelah kami seleksi yang lolos 1.004 mahasiswa. Mereka akan mengikuti perkuliahan mulai hari ini hingga 29 Desember 2022 nanti," pungkasnya.