Iqbal, Pemuda Jember Bagikan Kisah Sukses jadi Petani Milenial

Senin, 29 November 2021 20:08 WIB

Penulis:Asih

Editor:Asih

demfarm ok.jpeg
Para pembicara dalam talk show bertema “Cerita Petani Millennial, Mendapat Berkah dari Kebun” Minggu (28/11/2021) yang bertepatan dengan peringatan Hari Menanam Pohon Nasional.

SURABAYA | halojatim.com - PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) memiliki program Makmur. Program ini yang digelar di seluruh daerah di Indonesia itu, merupakan komitmen perusahaan untuk meningkatkan pemberdayaan petani dan produktivitas pertanian di Indonesia. 

Salah satu petani milenial binaan PKT yang sudah merasakan kesuksesan adalah Iqbal. Petani asal Jember ini mengaku memilih profesi menjadi petani di usia muda karena ingin mematahkan stigma buruk mengenai profesi petani.

“Menjadi petani adalah suatu pengabdian karena selain ketekunan, regenerasi juga dibutuhkan. Apalagi, kehadiran modernisasi turut memberi peluang besar untuk digarap generasi milenial demi mengambil ceruk pasar yang sangat potensial lewat inovasi dan terobosan segar,” kata Iqbal saat  talk show bertema “Cerita Petani Millennial, Mendapat Berkah dari Kebun” Minggu (28/11/2021) yang bertepatan dengan peringatan Hari Menanam Pohon Nasional.

Baca Juga : 

https://halojatim.com/read/khawatir-terdampak-petani-minta-pemerintah-tak-naikkan-cukai-rokok-skt-pada-2022

Dalam acara yang digelar Demfarm.ID  (website yang berisi informasi terkini tentang pertanian Indonesia) itu, Iqbal mengatakan modal dasar menjadi petani adalah ilmu. Mulai dari mengetahui strategi, pasar dan mengadopsi teknologi pertanian. Sehingga bertani tidak lagi menjadi pekerjaan yang berat semata.

“Jadi petani awalnya kita harus tahu pasarnya. Punya strategi sejak awal. Jika kita paham dengan teknologi pertanian, kita lebih mudah dapat peluang untuk sukses, ini jadi latar belakang saya memilih menjadi profesi sebagai petani, kan tujuan dari kerjaan profit,” katanya.

Iqbal mengaku dalam satu tahun ia bisa melakukan empat kali panen dengan masa tanam selama 60 hari. Saat ini, kelompok tani milenial Iqbal berjumlah 100 petani.

“Saya mengajak generasi muda kembali bertani dan mengembangkan sektor pertanian Indonesia. Jika ditinjau dari pengalaman, menjadi petani malah pekerjaan yang paling diidamkan pada masa tua seseorang. Jadi kenapa tidak kita mulai saja dari muda,” katanya.

Bukan hanya Iqbal, Soraya Cassandra yang merupakan Founder Kebun Kumara juga memberikan paparan senada. Ia mengajak masyarakat untuk menjadi “petani milenial” dimulai dengan membuat kebun di rumah sendiri untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

“Kebun Kumara kami buat untuk mengajak lebih banyak teman Gen Z untuk memulai langkah kecil menjadi petani milenial di rumah sendiri dan membiasakan diri melakukan kebaikan untuk diri sendiri dan bumi,” katanya.

 Dalam kegiatan ini, Sandra berbagi tips berkebun agar terhindar dari hewan-hewan liar yang mengganggu tanaman. Misalnya untuk jenis serangga, Sandra menyarankan untuk menanam tumbuhan pengalih, seperti tanaman bunga basil, kemangi atau tanaman berdaun wangi lainnya.

“Suka duka berkebun itu ya salah satunya gangguan serangga. Tapi kalau belum gede intervensinya itu gak apa-apa, menandakan kebun kita itu sehat. Tapi kalau intervensinya udah gede dan tidak seimbang apalagi merugikan, kita bisa tanam tanaman ngalih. Sementara untuk hewan yang lebih gede seperti tikus, tutup semua jalan masuknya,” katanya.

Kesuksesan Iqbal tidak lepas dari peran Program Makmur dari PKT. Program ini menjadi solusi yang dapat meningkatkan produktivitas pertanian dan kesejahteraan petani.

Implementasi program tersebut terbukti mampu meningkatkan produktivitas pada komoditas jagung dan padi yang masing-masing sebesar hingga 42 persen dan 34 persen. Begitu juga dari sisi keuntungan petani, terjadi kenaikan, yaitu untuk petani jagung sebesar hingga 52 persen dan petani padi sebesar hingga 41 persen.

Project Manager Program Makmur PKT, Adrian R.D. Putera, mengatakan program ini merupakan komitmen perusahaan dalam rangka meningkatkan pemberdayaan petani dan produktivitas pertanian di Indonesia. Adrian juga mengatakan pihaknya terus mendukung dan melakukan pendampingan kepada petani milenial untuk meningkatkan produktivitas dengan cara-cara yang lebih kekinian.

“Program Makmur kita laksanakan di sejumlah wilayah tanggungjawab distribusi PKT, seperti Jawa Timur, Kalimantan dan Sulawesi. Program ini juga merupakan upaya PKT dalam meningkatkan penggunaan pupuk nonsubsidi dalam negeri, dengan menciptakan ekosistem untuk mendorong produktivitas dan kesejahteraan petani Indonesia, termasuk petani millennial,” katanya. 

Disampaikan Adrian, program makmur ini memberikan ekosistem lengkap yang bertujuan meningkatkan produktivitas hingga penghasilan petani. Ekosistem di sini menghubungkan petani dengan pihak project leader, asuransi, lembaga keuangan, teknologi pertanian, pemerintah daerah, agro input, ketersediaan pupuk non subsidi, dan offtaker.

"Jadi program makmur ini berlaku untuk semua petani, termasuk petani millenial. Harapan kami akan semakin banyak petani muda yang memajukan pertanian di daerah masing-masing sehingga cita-cita ketahanan pangan nasional bisa kita tercapai. Sektor ini butuh tenaga millennial,” katanya.