Minggu, 27 Agustus 2023 04:48 WIB
Penulis:Asih
Editor:Asih
SURABAYA | halojatim.com - Keberadaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) kerap dituding sebagai sumber polusi. Hal tersebut kembali mencuat saat kondisi udara di Jakarta kian memburuk.
Meski demikian belum terdapat data ilmiah yang membuktikan tudingan tersebut. Keberadaan PLTU tidak dipungkiri menjadi penopang sumber listrik di Jawa. Berikut merupakan PLTU dengan kapasitas terbesar di Jawa.
PLTU Paiton Swasta I dan II terletak di Jawa Timur tepatnya berada di Desa Binor, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo. Pembangkit listrik ini memegang peran penting dalam penyediaan listrik di Jawa-Bali. PLTU ini diketahui memiliki kapasitas produksi total hingga 4600 megawatt (MW).
Pengelolaan dan operasional pembangkit listrik ini dilakukan oleh PT Paiton Energy dan PT Java Power. Paiton menggunakan batu bara sebagai bahan bakar untuk menghasilkan uap yang akan memutar turbin listrik.
Tiap tahunnya dibutuhkan hingga 3,5 juta ton batu bara. Meski operasionalnnya bersinggungan langsung dengan alam, PLTU ini berhasil memperoleh penghargaan Proper Emas dari KLHK.
Urutan kedua pembangkit listrik dengan kapasitas besar berikutnya yaitu PLTU Suralaya yang terlatak di ujung barat Pulau Jawa tepatnya di Kecamatan Pulo Merak, Kota Cilegon, Banten. PLTU Suralaya memiliki kapasitas produksi total hingga mencapai 3400 MW. PLTU ini dikelola oleh PT Indonesia Power.
Sama seperti Paiton, Suralaya juga menggunakan batu bara sebagai bahan bakar untuk menghasilkan uap panas. Batu bara tersebut disuplai dari tambang Bukit Asam di Sumatera Selatan. Per harinya dibutuhkan batu bara kurang lebih hingga 32.000 ton.
Suralaya pertama kali dibangun pada tahun 1984 dengan menggunakan dua Unit Pembangkit dan terus ditingkatkan seiring waktu menjadi tujuh unit. PLTU tersebut mampu menyumbang kebutuhan listrik di Pulau Jawa dan Bali.
PLTU Cirebon terletak di di Kanci, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. PLTU ini berkapasitas 1x660 MW dan akan dikembangkan kembali dengan unit baru berkapasitas 1x1,000 MW. Pengelolaan PLTU ini dilakukan oleh Cirebon Power yang merupakan konsorsium multi-nasional.
PLTU Cirebon menggunakan teknologi Pembangkit Listrik Supercritical dan Ultra-supercritical. Teknologi tersebut merupakan teknologi batu bara bersih (Clean Coal Technology) dengan nilai efisiensi tinggi dan emisi rendah (High Efficiency Low Emission / HELE).
Untuk menghidupkan pembangkit listrik, PLTU tersebut membutuhkan konsumsi batu bara mencapai 2,3 juta ton per tahunnya untuk unit 1 dan 3,2 juta ton untuk unit 2. Unit 1 PLTU tersebut memiliki jalur transmisi sepanjang 1,5 kilometer sedangkan unit 2 mencapai 18,2 kilometer.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Khafidz Abdulah Budianto pada 26 Aug 2023
Bagikan